Rabu, 01 Juni 2016

Topik 2. PARADIGMA HOLISTIK ISLAMI
Paradigma Holistik dalam Kesehatan
Dunia pengobatan berkembang seiring dengan kehidupan dan teknologi dan sesuai dengan perubahan paradigma manusia yang menghuninya. Sementara manusia juga akan berubah mengikuti perubahan paradigma yang mendominasi dunia. Hal ini menunjukkan betapa besar tanggung jawab manusia terhadap paradigma yang diyakini atau dianggapnya benar.
Paradigma adalah model berpikir (mode of thought) atau cara pandang, yang ditaati sedemikian rupa dalam membangun teori atau untuk menghasilkan suatu pengetahuan, yaitu usaha untuk mengejar kebenaran yang dilakukan oleh para filosof, peneliti, maupun praktisi (Moleong, 1990). Paradigma lama yang saat ini semakin populer dan makin diterima lagi di dunia adalah paradigma holistik, Istilah holistik diambil dari kata whole berkaitan dengan keseluruhan secara harmonis (Read & Stoll, 1998). Paradigma holistik dalam dunia pengobatan atau terapi dimaksudkan pada metode yang melibatkan body-mind and soul, suatu pendekatan yang meliputi aspek fisiologis, psikologis, dan spritual (yang melibatkan relijius tertentu maupun non relijius) (Anggraini, 2004).
Lembaga Riset CAM (Complementary and Alternative Medicine), MEDLINE, dan berbagai jurnal penelitian ilmiah di Amerika maupun Eropa melaporkan ratusan penelitian dengan topik hubungan agama, spiritual dan kesehatan, sehingga akhirnya di dalam WHO ada sebuah departemen khusus yang menangani pengobatan alternatif dan membuat semacam pedoman praktek komplementer antara pengobatan alternatif dan konvensional (Koenig, 2002, 2001a, 2001b; MEDLINE, 1996).
Dapat dikatakan bahwa pendekatan sekuler terhadap problem manusia saat ini bukanlah metode yang menjadi favourite dan up to date lagi. Semakin modern sebuah Rumah Sakit, maka pelayanannya pun semakin menyeluruh dan komprehensif dengan bentuk-bentuk perawatan gabung, perawatan rujukan, perawatan kombinasi mulai dari preventif-kuratif-represif dan promotif, dengan memanfaatkan teknologi yang niscaya melibatkan seluruh disiplin ilmu yang berkembang di dunia ini. Banyak industri obat, rumah sakit dan klinik yang saat ini tidak segan dan ragu lagi untuk melibatkan ahli kerohanian dan budaya dalam meningkatkan kualitas produk dan pelayanannya. Hal ini merupakan bentuk pengakuan bahwa untuk menyelesaikan berbagai problema kesehatan manusia bagaimanapun harus melibatkan masalah spiritual-relijius dan kebudayaan yang menjadi sentral kehidupannya.
Holistik dalam Islam secara khusus.
Dalam Perspektif Islam, penyimpangan dari kebenaran ajaran Allah SWT yang telah diajarkan melalui Nabi SAW mengakibatkan terjadinya keruntuhan moral dan rohani umat, menghasilkan pembinasaan peradaban manusia, sehingga dalam sains holistik-islami, pengetahuan adalah satu komponen penting ke arah perwujudan kebenaran segala hal mengenai Allah SWT. Anggraini (2006) menjelaskan: "The term 'Holistic' means totally all-inclusive, all- comprehensive, integrative, systematic balanced and takes into account all factors, and connected with religiosity". Istilah "Holistik" memiliki arti meliputi semuanya secara total, menyeluruh, seimbang sistematis dan mempertimbangkan semua faktor dan secara keseluruhannya berhubungan dengan relijiusitas. Selanjutnya Ilmu pengetahuan Holistik berarti meliputi semua ilmu pengetahuan alamiah dan kehidupan termasuk ekologi, biologi, ilmu fisika, ilmu kimia dan ilmu sosial humaniora dan ilmu pengetahuan lain, juga meliputi metoda dan teknologi yang cara menggunakan dan memanfaatkannya selaras dengan alam dan penghuninya. Tema sentralnya adalah manusia ideal hidup selaras dengan sesamanya dengan dunia dan Pencipta mereka. Hal ini bisa dicapai bila manusia memiliki pengetahuan yang benar mengenai Sang Pencipta, tujuan yang benar keberadaan mereka dan maksud atau arti hidup yang riil sebagai manusia.
Di dalam makalahnya yang dipresentasikan dalam Konggres Asosiasi Psikologi Islami (API) pada tahun 2007, Anggraini dan Utomo menyebut pemahaman mereka tentang kandungan surat Al Qur'an (QS. Ali Imran(3): 26-27) dengan Qur’anic Psychocybernetic, karena melihat adanya cyber yang menghubungkan segala sesuatu di dunia ini, sehingga tampak adanya kesatuan dan yang mempersatukan dalam sebuah skenario yaitu Tuhan Yang Maha Satu.
...sungguh, tidak ada yang kebetulan dalam perjalanan kehidupan ini. Semua peristiwa, pertemuan - perpisahan, kelahiran - kematian, kebangkitan - kehancuran, .. semua berada dalam bingkai skenario Allah SWT, Dzat Yang Maha Berkehendak (Anggraini-Utomo, 2007).
Dengan demikian istilah holistik memiliki makna yang luas dan dalam. Istilah holistik-islami menunjukkan bahwa paradigma yang dipergunakan dalam metode pengobatan ini adalah paradigma holistik yang melibatkan seluruh aspek manusia yaitu psiko-fisiologis-sosial-spirit-budaya dan agama Islam. Kekhasan utamanya adalah pada nilai-nilai Islam yang menjadi landasan metode ini, bukan dari agama lain. Namun demikian dengan keyakinan bahwa Islam rahmatan lil 'aalamiin (Islam adalah rahmat bagi seluruh alam), maka penulis meyakini metode pengobatan ini dapat dimanfaatkan oleh siapa saja yang ingin sehat dan selamat, sekalipun non muslim.
Dapat disimpulkan paradigma holistik-islami dalam masalah kesehatan memandang permasalahan kesehatan manusia dengan melibatkan seluruh aspek manusia, memanfaatkan ilmu pengetahuan holistik seperti yang telah diterangkan di muka, dan tidak memilah metode Barat-Timur-Utara maupun Selatan, kecuali dengan memilih yang halal dan thoyyib (halal dan bermanfaat baik) sesuai kaidah-kaidah Islam. Pengobatan holistik-islami yang demikian tentu saja tidak sekedar berlandaskan keilmiahan tetapi sekaligus keilahiahan dan kealamiahan. Metode pengobatan yang tidak halal dan thoyyib pasti akan menimbulkan negative side effect yang konsekuensinya dunia-akhirat.
Yogyakarta, 17 Maret 2016
Dra. Rt Anggraini, M.Si, Psikolog



Tidak ada komentar:

Posting Komentar