Jumat, 07 Desember 2012

LATIHAN MANASIK HAJI TK



LATIHAN MENASIK HAJI SEBAGAI PEMBENTUK KEPRIBADIAN ANAK

Dra. Hj. Rt. Anggraini KE

Fak. Psikologi Unissula Semarang
Rs. Roemani Muh. Semarang
                                                                                    2000

            Perkembangan agama pada masa anak terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak kecil, utamanya dalam keluarga, dalam sekolah dan dalam lingkungan masyarakat. Semakin banyak pengalaman yang bersifat agamis (sesuai dengan ajaran agama) dan semakin banyak unsur agama ditanaamkan, maka dapat diharapkan sikap, tindakan, perilaku dan cara anak menghadapi hidup nantinya akan sesuai dengan ajaran agama. Setiap pengalaman yang dilalui anak dalam kehidupannya sehari-hari, baik melalui penglihatan, pendengaran, maupun perlakuan yang diterimanya, akan ikut menentukan pembinaan pribadinya.
            Idealnya setiap orang tua dan pendidik (guru) ingin membina  anak agar menjadi manusia yang baik, sehat fisik dan berkepribadian kuat,  memiliki sikap mental yang sehat serta akhlak yang terpuji. Semuanya ini dapat diusahakan melaui pendidikan baik formil maupun informal. Sayangnya usaha itu saat ini semakin bertambah berat pelaksanaannya justru dengan semakin canggihnya perkembangan media massa di masyarakat. Ada semacam peperangan antara idealisme pendidikan dan pemasaran sarana kenikmatan hidup. Sebagai contoh begitu banyak acara hiburan dan informasi yang disodorkan media Televisi yang sesungguhnya tidak cocok untuk anak-anak dengan jam tayang yang tidak tepat dari sisi pendidikan. Selain itu ada beberapa acara yang cocok untuk anak-anak tetapi jam tayangnya justru di saat anak-anak biasanya harus siap berangkat sekolah atau siap ngaji ke surau atau TPQ/TPA, atau sedang belajar, bahkan ada yang diputar di larut malam, padahal isinya sangat bagus untuk menambah pengetahuan dan kebijaksanaan.
            Ada acara-acara yang begitu menggoda karena dikemas dengan cara yang sangat menarik, yang bahkan bagi banyak orang tua (ibu) menjadi hiburan utama (misal : serial Telenovela). Orang tua (ibu) menjadi tidak mampu memilih, antara harus memberi pelajaran pada anak, menemani membuat PR, mengajar ngaji Qur’an, ataukah meneruskan menikmatinya karena takut ketinggalan cerita. Sejujurnya bila kita hitung-hitung, sebenarnya sangat sedikit waktu untuk melaksanakan ibadah wajib dan sunah (sholat dan tadarus Qur’an), tetapi kita sangat tahan memelototi TV selama beberapa jam.
            Bertambah majunya ilmu pengetahuan dan teknologi tidak selalu memberikan kontribusi yang positif bagi pembentukan kepribadian. Beberapa penelitian sosial-psikologis tentang berita dan acara tayangan di media massa menunjukkan, disamping manfaatnya yang tinggi dan positif bagi perluasan dan perkembangan pengetahuan tetapi juga diikuti oleh kenyataan betapa besar dan luas dampak negatifnya. Dampak negatif itu meliputi meningkatnya patologi sosial di masyarakat, seperti pornografi, pornoaksi, kriminalitas, kenakalan remaja, penyalah gunaan obat, dan sebagainya. Banyak kasus perkosaan dan kelainan seksual atau perilaku agresif lain yang dilakukan oleh anak-anak didahului oleh membaca berita dan menonton tayangan-tayangan tertentu yang menimbulkan gairah tinggi pada pelakunya. Hal ini sungguh harus menjadi keprihatinan bersama.
            Jiwa anak bagaikan sebuah camera yang siap untuk merekam segala fenomena yang ada di sekitarnya, dan tidak semua anak mampu melakukan seleksi, editing, croping ataupun deleting terhadap informasi yang masuk. Akibatnya potensi-potensi negatif yang dimiliki anak dapat menjadi lebih dominan dan aktual dibanding potensinya yang positif. Selain itu tidak semua hal ada pada jangkauan kendali kita, banyak hal yang sepertinya memaksa kita untuk menelannya begitu saja. Hal ini perlu menjadi kewaspadaan bagi kita semua, utamanya ketika kita bersemangat untuk membentuk generasi yang kuat yang akan kita tinggalkan nantinya.

LATIHAN MANASIK HAJI ANAK TK,  PERLUKAH ?

            Orang tua dan Guru (khususnya guru Agama) mempunyai tugas yang cukup berat, karena disamping mengajarkan pengetahuan umum dan pengetahuan agama juga harus membina pribadi anak.
            Perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya,  terutama sejak pada masa-masa pertumbuhan awal dalam kandungan, diteruskan pada usianya yang pertama yaitu masa anak dari umur 0 hingga 12 tahun. Seorang anak yang pada masa-masa emas tersebut tidak mendapatkan didikan agama dan tidak pula mempunyai pengalaman keagamaan, maka dapat diramalkan nanti setelah dewasa akan cenderung kepada sikap negatif terhadap agama, pada tatanan kehidupan bahkan pada dirinya sendiri.
            Kalau kita ingat dan memahami bahwa tatkala  Nabi Ibrahim As selesai membangun Ka’bah, ia memperoleh perintah langsung dari Allah untuk memproklamasikan Haji pada seluruh umat di dunia (Tafsir atas Surah Al- Hajj Ayat 27):
            Dan proklamasikanlah haji itu kepada seluruh manusia niscaya mereka akan datang kepadamu dengan  berjalan kaki dan mengendarai unta kurus yang datang dari segenap penjuru (dunia) yang jauh (QS. 22: 27)
Ibrahim As lalu naik ke Jabal (Gunung) Abi Qubais dan menyeru dengan suara keras.
            Wahai manusia! Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kamu agar berhaji ke rumah ini (Bayt Allah), niscaya Allah akan memberikan pahala surga dan menjauhkan kamu dari api neraka”.
Saat itu seluruh manusia menjawab, baik yang ada di dalam sulbi laki-laki maupun yang ada dalam rahim perempuan dengan jawaban :

“Labbaykallahumma labbayk” (Aku siap melaksanakan dan memenuhi perintah-Mu Ya Allah).

            Dari penuturan di atas tampak bahwa yang menjawab seruan Ibrahim As bukan hanya manusia dewasa tetapi juga para calon manusia yang masih dalam sulbi laki-laki (masih menjadi sperma) yang nantinya bakal menjadi manusia. Ini menunjukkan bahwa manusia wajib memahami masalah haji yang terkenal dengan manasik, termasuk juga hikmah dan hakikat haji sebagai konsekuensi atas jawabannya ketika masih di alam azali. Untuk memahami pemberitahuan atau proklamasi tersebut  membutuhkan pengakuan (ilmu, iman dan amal).
            Hukum memahami manasik adalah fardhu kifayah, dan bagi yang sudah ada kemampuan serta ada niat, hukum tersebut meningkat menjadi fardhu’ayn ,  karena bagi setiap individu yang akan melaksanakan haji dituntut untuk memperoleh dan mendapatkan ilmu yang benar tentang manasik dari ulama-ulama yang dipercayai. Mereka yang melaksanakan ibadah haji tanpa ilmu akan mengalami kerugian yang sungguh besar, bahkan hajinya bisa menjadi amalan sia-sia belaka-paling- paling akan dirasakan sebagai sekadar piknik saja. Pelaksanaan ibadah hajinya tidak meninggalkan bekas-bekas pada perilaku sesudahnya, kalaupun ada hanya sekedar cerita yang lebih merupakan kebanggaan dan menimbulkan perasaan peningkatan prestige saja.
            Perang antara idealisme pendidikan dan canggihnya teknologi informasi mengingatkan pada kita, betapa pentingnya melakukan upaya serius untuk mengingatkan anak dan diri kita sendiri tentang perjanjian azali serta jawaban kita pada seruan nabi Ibrahim ketika kita masih dalam tulang sulbi. Pelaksanaan latihan manasik haji bagi anak-anak TK sungguh merupakan hal yang patut didukung dengan kesungguhan dan manajemen yang serius, karena merupakan cerminan jawaban manusia atas seruan nabi Ibrahim as, yang perlu dimanifestasikan sedini mungkin, pumpung camera jiwa anak belum terlalu banyak merekam dan dimuati oleh hal-hal duniawi yang negatif.
            Usia balita adalah Critical period, masa peka bagi pendidikan rohani, usia dimana jiwanya relatif masih belum terlalu banyak tercoreng dengan kehidupan, sehingga akan lebih mudah tersentuh untuk diingatkan dengan janji dan jawabannya waktu masih di dalam sulbi maupun rahim ibunya. Pelaksanaan menasik haji pada anak TK dapat merupakan salah satu cara memberikan pengalaman pelaksanaan ibadah lengkap yang sedemikian rupa sehingga sangat berkesan dan tertanam dalam jiwanya yang masih polos dan  nantinya menjadi bagian  dari kepribadiannya yang agamis (cenderung kepada perilaku sesuai tuntunan  agama).
            Hal ini berkesesuaian dengan pandangan dalam ilmu jiwa agama (psikologi agama) yaitu sebuah ilmu yang saat ini sedang berkembang dengan pesat,  yang meneliti dan menelaah kehidupan beragama seseorang dan mempelajari seberapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup, juga mempelajari pertumbuhan dan perkembangan jiwa agama pada seseorang dan faktor- faktor yang mempengaruhi keyakinan tersebut karena keyakinan masuk dalam konstruksi kepribadian.




PERKEMBANGAN  AGAMA  PADA  ANAK

            Kita perlu memahami bahwa pengalaman agama adalah subyektif, intern dan individual, dimana setiap orang akan merasakan pengalaman agama yang berbeda dari orang lain. Dalam hal ini juga ada tahap-tahap perkembangan.
            Pada anak-anak, mereka mulai mengenal Tuhan melalui bahasa. Tuhan bagi anak-anak pada permulaan merupakan nama dari sesuatu yang asing yang tidak dikenalnya dan diragukannya. Karenanya pada anak, agama adalah hasil dari lingkungan yang berkembang sebagiannya dari contoh yang diberikan oleh  orang  tua  dan  sebagian  lainnya  dari   pelayanan (program)
yang diberikan dengan sengaja.
            Kata Allah akan mempunyai arti sendiri bagi anak, sesuai dengan pengamatannya terhadap orang dewasa di sekelilingnya (orang tua/ Guru) ketika mengucapkannya. Allah akan berarti Maha Kuasa, Maha Penyayang atau lainnya sesuai dengan hubungan kata Allah itu dengan air muka dan sikap orang tua/ guru ketika menyebutnya. Oleh karena itu pertumbuhan agama pada anak tidak sama antara satu anak dengan yang lain karena tergantung kepada bagaimana perilaku dan perlakuan orang dewasa di sekelilingnya terhadapnya..
            Orang tua adalah pusat kehidupan ruhani si anak dan sebagai penyebab berkenalannya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian hari, dipengaruhi oleh interaksi dengan orang tuanya di permulaan hidupnya. Kekaguman dan penghargaan terhadap figur bapak adalah penting untuk pembinaan jiwa moral dan fikirannya sampai umur 5 tahun, dan inilah bibit yang akan  menumbuhkan kepercayaan kepada Allah dalam masyarakat beragama. Hubungan emosional yang diwarnai kasih sayang dan kemesraan antara orang tua dan anak menumbuhkan proses identifikasi.
            Orang tua dan tokoh yang berperan sebagai orang tua, khususnya guru, semestinya dapat menjadi idola. Hal ini terutama tampak sekali pada saat anak sekolah di TK. Alangkah ideal bila guru menyadari bahwa dia bukan saja sebagai agen alih informasi (pengetahuan) bagi murid, tetapi juga berperan sebagai obyek identifikasi dan pembentuk kepribadian, sehingga segala perilaku, sikap dan nila-nilai yang ada pada guru betul-betul dapat berpengaruh besar sekali terhadap perkembangan jiwa murid nantinya
            Penghayatan tentang eksistensi Tuhan pada anak-anak berbeda dengan orang yang lebih dewasa. Anak menghayati Tuhan lebih sebagai pemuas keinginan dan khayalan yang bersifat egosentris (contoh: anak berdoa semoga  Tuhan memberi permen dan uang jajan), karena itu penanaman kesadaran beragama kepada anak hendaknya menekankan pada pemuasan kebutuhan afektif. Diusahakan agar anak dapat menghayati dan merasakan bahwa Allah itu tidak hanya sekedar pemberi mainan, kue dan kenikmatan lain, tetapi Allah adalah Pengasih, Penyayang, Pelindung, Pemberi rasa aman, tentram dan pemuas kebutuhan alam perasaan lainnya. Hal ini hanya dapat terjadi bila orang tua dan guru di kelas juga bersikap, bertindak dan memperlakukannnya dengan penuh kasih-sayang, melindungi, memberikan rasa aman, menentramkan disamping memenuhi kebutuhan-kebutuhan lainnya. Bagaimanapun sebelum anak mengenal Tuhan-nya, yang dia kenal adalah orang-tuanya dan gurunya, yang bisa dia hayati sebagai wakil Tuhan di dunia. Pengalaman yang memuaskan dengan “wakil Tuhan” di usia dini, akan cukup menentukan penghayatannya terhadap Tuhan yang sesungguhnya di usia berikutnya. 
            Pada sekitar usia 8 tahun sikap anak semakin tertuju kepada dunia luar, namun hubungan anak dengan Tuhan masih merupakan hubungan emosional antara kebutuhan pribadinya dengan sesuatu yang ghoib dan dibayangkan secara konkrit. Contoh, ia ingin memiliki semacam tongkat Nabi Musa atau cincin Nabi Sulaiman (seperti yang didongengkan ibu guru / orang tua) untuk digunakan sebagai alat bagi pemenuhan kebutuhan dan keinginannya yang bersifat egosentris, konkrit dan segera (misal ingin PR langsung selesai, punya mainan kesukaan, dsb).
            Adanya perasaan konkrit tentang Tuhan sejalan dengan taraf pemikiran anak yang belum mampu berpikir abstrak. Kalau dikatakan bahwa Tuhan itu Maha Melihat, si anak membayangkan betapa besarnya mata Tuhan, kalau orang tua setiap memperingatkan anak dengan ancaman akan dihukum Tuhan, si anak akan mempersepsi Tuhan galak sekali. Kalau guru menerangkan gunung, bumi, bulan adalah ciptaan Tuhan, anak akan membayangkan tangan Tuhan besar sekali, atau Tuhan adalah raja yang sangat berkuasa duduk di singasana istananya yang sangat indah, mengatur malaikat-malaikat sebagai pegawaiNya yang sangat banyak, pandai dan patuh sekali sehingga mampu bersama-sama membangun bumi, bulan, gunung, dan sebagainya.
            Pada perkembangan tahap berikutnya setelah anak mampu berpikir secara abstrak dan logis, ia akan memahami bahwa Tuhan itu tidak dapat ditangkap dengan panca indera dan tidak mungkin dibayangkan oleh khayalan pikiran. Namun demikian jejak-jejak persepsi awal tentang Tuhan apakah sebagai figur yang maha menakutkan, maha menghukum, ataukah maha kuasa dan sekaligus maha pengasih dan maha penyayang tetap akan mewarnai penghayatan anak yang telah meningkat.
            Dapat dipahami bahwa pada usia balita dan usia yang lebih tua (6-12 tahun), kegiatan ibadah seperti sholat, puasa dan berdoa yang pada mulanya hanya meniru tingkah laku orang dewasa atau karena diperintah, lambat laun akan dihayati dengan kesungguhan. Lebih lanjut peningkatan rasa Ketuhanan dalam hubungan emosional yang diperkuat dengan ikatan moral akan dapat menumbuhkan penilaian bahwa kebaikan tertinggi adalah mengikuti perintah Allah dan meninggalkan laranganNya.   
            Bertambahnya umur pada anak maka pemikiran yang bersifat operasional konkrit beralih pada nilai wujud atau eksistensi hasil pengamatan. Pengamatan pada Tuhan yang tadinya konkrit-emosional, berubah jadi Tuhan sebagai Sang Pencipta dan Pemelihara, bukan hanya khusus berhubungan dengan dirinya (egosentris) tapi juga pada alam semesta dan melimpahkan rahmatNya bagi seluruh makhluk. Berdasarkan kepercayaan dan pemahaman ini si anak akan mampu  mengadakan hubungan yang harmonis dengan dunia luar, semakin bijaksana dan dapat mengontrol dirinya sendiri.
            Dari apa yang telah diuraikan tersebut,  nyatalah bahwa di dalam menjalankan kewajiban mendidik agama pada anak, khususnya pada saat akan merencanakan pendidikan manasik haji anak TK, kita betul-betul harus  memahami tahapan perkembangan anak, sehingga apa yang kita sampaikan dan apa yang kita harapkan menjadi proporsional dan tidak berlebihan. Sehingga program manasik haji pada TK menjadi pengalaman keagamaan yang membahagiakan dan tidak menekan.




PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS MASA KANAK-KANAK (2-6 TAHUN)  
            Agar seorang anak mencapai suatu kebahagiaan dan berhasil dalam tugas perkembangan periode berikutnya, setiap individu dituntut untuk berkembang optimal sesuai dengan fasenya yang meliputi : aspek fisik, aspek kognitif, aspek sosial- afektif, dan aspek spiritual-religius.
            Pada fase anak 2-6 tahun kemampuan-kemampuan motorik, bahasa, fungsi kecerdasan, sosial-afektif dan moralnya berjalan sejajar dengan perubahan-perubahan dalam tingkah laku dan kepribadian. Pada masa kanak-kanak seorang individu mempunyai tugas perkembangan (kualitas kemampuan yang harus dicapainya) dalam hal:
  1. Belajar memperoleh keterampilan jasmani untuk melakukan permainan.
  2. Belajar membentuk sikap mental yang sehat terhadap diri sendiri sebagai makhluk biologis.
  3. Belajar bergaul dengan teman sebaya.
  4. Belajar memainkan peranan sebagai pria atau wanita.
  5. Belajar mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
  6. Belajar mengembangkan konsep-konsep yang perlu untuk kehidupan sehari-hari.
  7. Belajar mengembangkan kata hati, moralitas dan nilai.
  8. Belajar berdiri sendiri secara pribadi.
            Khususnya dalam perkembangan sosial-afektifnya, seorang anak dituntut untuk mampu berperilaku sesuai dengan tuntutan sosial. Untuk berkembang dalam hal ini memerlukan  3 proses :
    1. Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial dengan cara mengetahui dan menyesuaikan perilaku dengan patokan yang dapat diterima.
    2. Memainkan peran sosial yang dapat diterima dengan jalan mematuhi peran yang telah disetujui bersama.
    3. Mengembangkan sikap sosial dengan jalan anak harus menyukai orang lain dan aktivitas sosial.
Relatif hanya sedikit anak yang benar-benar berhasil dalam ketiga proses tersebut.
            Pada masa kanak-kanak ada dorongan kuat untuk bergaul dan ingin diterima, jika kebutuhan ini tidak terpenuhi anak tidak akan bahagia. Sikap anak terhadap orang lain, pengalaman sosial serta seberapa baik mereka dapat bergaul dengan orang lain, tergantung pada pengalaman belajar selama bertahun-tahun di awal kehidupannya.
            Dalam hal perkembangan emosi, seorang anak dituntut untuk mampu mempelajari cara bereaksi dengan emosi yang dapat diterima secara sosial. Anak dapat dirangsang atau dilatih untuk bereaksi positif terhadap hal-hal yang biasanya membangkitkan emosi senang dan dicegah untuk tidak bereaksi secara emosional berlebihan terhadap hal-hal yang tidak menyenangkan. Apabila reaksi emosional yang tidak diinginkan telah terlanjur dipelajari dan terbentuk dalam pola emosi anak, maka akan semakin sulit merubahnya dengan bertambahnya usia anak. Karenanya belajar pengendalian emosi sejak dini tidak hanya positif tetapi juga bersifat preventif. 

Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi adalah:
Ø  Belajar secara coba-coba pada masa anak.
Ø  Dengan cara meniru
Ø  Dengan cara mempersamakan diri, dalam hal ini anak hanya akan meniru pada orang yang dikaguminya dan mempunyai ikatan emosional yang sangat kuat.
Ø  Melalui pengkondisian berarti belajar dengan cara asosiasi.
Ø  Pelatihan dengan bimbingan dan pengawasan.
Ø  Anak diajari cara bereaksi emosi yang dapat diterima sosial, proporsional dan tepat dengan stimulus (penyebab timbulnya emosi).

            Ada satu aktivitas yang sangat penting yang perlu kita pahami pada masa anak  yaitu aktivitas bermain. Fungsi bermain mempunyai pengaruh besar sekali bagi perkembangan anak. Melalui bermain anak akan memperoleh kesempatan untuk berusaha mencoba-coba dan melatih diri. Saat bermain-main anak berkesempatan melakukan eksperimen-eksperimen tertentu dan bereksplorasi sambil menguji kesanggupannya. Anak akan mendapatkan bermacam-macam pengalaman yang menyenangkan sambil menggiatkan usaha belajar dan melaksanakan tugas-tugasnya untuk mengembangkan berbagai kemampuan yang harus dimilikinya. Semua pengalaman ketika bermain, akan memberikan dasar yang kokoh bagi pencapaian macam-macam keterampilan yang sangat diperlukan bagi pemecahan kesulitan hidup di kemudian harinya. Maka dapat dimengerti bahwa waktu bermain merupakan kesempatan yang baik untuk melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup dan hidup itu sendiri.

Ada 4 faktor yang menentukan :
1.  Kesempatan.
  1. Kebersamaan yang mendorong kemampuan berkomunikasi.
  2. Motivasi yang sebagian besar tergantung pada tingkat kepuasan yang diperolehnya.
  3. Metode belajar yang efektif dengan bimbingan.

MANASIK HAJI BAGI ANAK TK, PENTING & PERLU !
            Dari berbagai uraian dimuka, tampak bahwa manasik haji bagi anak prasekolah dapat kita pandang sebagai suatu upaya pembelajaran nilai-nilai moral dan agama dengan metode simulasi. Metode pembelajaran yang apabila kita manage dan kita rencanakan sedemikian rupa dengan muatan-muatan psikologis yang terkontrol, akan dapat menimbulkan suatu kesan yang mendalam dan dapat kita andalkan sebagai salah satu cara membentuk pribadi anak yang agamis.
            Latihan Manasik haji TK dapat dipandang sebagai bentuk permainan, yaitu permainan peran yang mengasyikkan anak dimana anak pura-pura menjadi seorang muslim yang sedang melaksanakan ibadah terlengkap dalam agama Islam, karena dalam ritual haji meliputi pelaksanaan: Pengucapan Syahadatain, Sholat, Puasa dan zakat serta haji itu sendiri.
            Ritual-ritual yang dilakukan anak dengan tuntunan dari ibu/bapak guru, walaupun hanya merupakan permainan peran, tetap merupakan aktivitas serius karena dapat dihayati dan membutuhkan kesungguhan dan konsentrasi. Seluruh aspek psikologi anak akan tersentuh, karena praktek manasik tersebut dilakukan dengan aktivitas fisik anak dengan secara urut dan teratur , aktivitas kognitif anak terstimulasi(terangsang) dalam bentuk mendengarkan, menghafal dan mengerti doa-doa serta urutannya, aktivitas sosial-afektif akan dipelajari dalam bentuk beraktivitas bersama-sama dengan teman-temannya dan berlatih untuk menerima aturan permainan, berlatih untuk mematuhi aturan-aturan yang diinformasikan guru, berlatih untuk memenuhi harapan orang lain dengan bertingkah-laku tertib dan berlatih tanggung-jawab, berlatih bersikap sosial seperti mengalah, tertib, toleran, membagi, berkorban  dan sebagainya yang akan memacu sosialisasi anak. Dalam manasik, anak akan mengenal nilai-nilai moral dan agama praktis, anak akan mendapatkan pengalaman tentang perilaku-perilaku yang boleh dan yang tidak boleh dia lakukan, baik sesuai dengan agama maupun sesuai dengan tuntutan lingkungan.
            Sebagai suatu aktivitas simulasi, aktivitas permainan pura-pura, maka manasik haji TK, sekalipun sederhana dan simpel bagaimanapun akan dapat memberikan dampak positif sebagaimana manasik haji yang sesungguhnya yang dilakukan para muslim dewasa.
Diantara manfaat haji “yang sesungguhnya” yang perlu kita ketahui adalah :
  1. Melatih diri  dengan mempergunakan seluruh kemampuan mengingat Allah dengan  khusu’ pada hari-hari yang telah ditentukan dengan memurnikan kepatuhan dan ketundukan hanya kepada-Nya saja. Pada waktu seseorang berusaha mengendalikan hawa nafsunya dengan mengikuti perintah-peritah Allah dan menghentikan larangan-larangan-Nya walau apapun yang menghalangi dan merintanginya. Latihan-latihan yang dikerjakan selama mengerjakan ibadah haji itu diharapkan berbekas di dalam hati sanubari kemudian dapat diulangi lagi mengerjakan setelah kembali dari tanah suci nanti, sehingga menjadi kebiasaan yang baik bagi penghidupan dan kehidupan.
  2. Menimbulkan rasa perdamaian dan rasa persaudaraan diantara sesama kaum Muslimin. Sejak seorang calon haji mengenakan pakaian ihram, pakaian putih yang tak berjahit-sebagai tanda telah mengerjakan ibadah haji-maka sejak itu ia telah menanggalkan pakaian duniawi, pakaian kesukaannya, pakaian kebesarannya pakaian kemewahannya dan sebagainya. Semua manusia kelihatan sama dalam pakaian ihram; tidak dapat dibedakan antara si kaya dan si miskin, antara penguasa dengan rakyat jelata, antara yang pandai dengan yang bodoh, antara tuan dengan budak, semuanya sama tunduk dan dan menghambakan diri kepada Tuhan Semesta Alam, sama-sama thawaf, sama-sama berlari di panas terik antara bukit Shafa dan Marwah, sama-sama berdesakan melempar jumrah, sama-sama tunduk dan tafakur di tengah-tengah padang Arafah. Dalam keadaan demikian terasalah bahwa diri itu sama saja dengan orang lain. Yang membedakan derajat antara seseorang dengan yang lain hanyalah tingkat ketakwaan dan ketaatan kepada Allah. Karena itu timbullah rasa ingin tolong-menolong, rasa seagama, rasa senasib dan sepenanggungann, rasa hormat-menghormati sesama manusia.
  3. Mencoba mengalami dan membayangkan kehidupan di akhirat nanti, yang pada waktu itu tidak seorang pun dapat memberikan pertolongan kecuali Allah SWT. Wuquf di Arafah di tempat berkumpulnya manusia yang banyak merupakan gambaran kehidupan di mahsyar nanti. Demikian pula melempar jumrah di panas terik tengah padang pasir dalam keadaan haus dan dahaga. Semua itu menggambarkan saat-saat ketika manusia berdiri di hadapan  Mahkamah Allah di akhirat nanti.
  4. Menghilangkan rasa harga diri yang berlebih-lebihan. Seseorang waktu berada di negerinya, biasanya terikat oleh adat-istiadat yang biasa mereka lakukan sehari—hari dalam pergaulan mereka. Sedikit saja perbedaan dapat menimbulkan kesalahpahaman, bahkan dapat menimbulkan perselisihan dan pertentangan. Pada waktu melaksanakan ibadah haji bertemulah kaum muslimin seluruh dunia dari negeri yang berbeda-beda, masing-masing mempunyai adat-istiadat, kebiasaan hidup dan tata cara yang berbeda-beda pula. Maka terjadilah persinggungan antara adat-istiadat dan kebiasaan hidup itu. Seperti cara berbicara, cara makan, cara berpakaian, dan menghormati tamu dan sebagainya. Di waktu menunaikan ibadah haji terjadi persinggungan dan benturan badan antara jamaah dari suatu negeri dengan jamaah dari negara-negara yang lain, seperti waktu Thawaf, waktu Sa’i, Wukuf di Arafah, waktu melempar jumrah dan sebagainya. Waktu shalat di Masjidil Haram, tubuh seseorang yang sedang duduk dilangkahi oleh temannya yang lain karena ingin mendapatkan shaf yang di depan, demikian pula persoalan bahasa dan isyarat, semua itu mudah menimbulkan kesalahpahaman dan perselisihan. Bagi seseorang yang sedang melakukan ibadah haji, semua itu harus dihadapi dengan sabar, dengan dada yang lapang harus dihadapi dengan berpangkal pada dugaan-dugaan bahwa semua jamaah haji melakukan yang demikian itu bukanlah untuk menyakiti temannya dan bukan pula untuk menyinggung perasaan orang lain, tetapi semata-mata untuk mencapai tujuan maksimal dari ibadah haji. Mereka semuanya ingin memperoleh haji mabrur, apakah ia orang kaya atau orang miskin dan sebagainya.    
  5. Menghayati kehidupan dan perjuangan Nabi Ibrahim beserta putranya Ismail dan Muhammad SAW beserta para sahabatnya waktu Nabi Ibrahim pertama kali datang di Makkah bersama isterinya Hajar dan puteranya Ismail yang masih kecil. Kota Makkah masih merupakan padang pasir yang belum didiami oleh seorang manusia pun. Dalam keadaan demikianlah Ibrahim meninggalkan isteri dan puteranya di sana, sedangkan ia sendiri kembali ke Syiria. Dapat dirasakan apa yang dimiliki Hajar dan puteranya yang masih kecil, tidak ada manusia tempat mengadu dan minta tolong kecuali hanya kepada Tuhan saja. Sesayup-sayup mata memandang terbentang padang pasir yang luas tanpa tumbuh-tumbuhan yang dapat dijadikan tempat berlindung. Dapat dirasakan kesusahan Hajar berlari antara bukit Shafa dan Marwah mencari setetes air untuk diminum anaknya. Dapat direnungkan dan dijadikan teladan tentang ketaatan dan kepatuhan Ibrahim kepada Allah. Ia telah bersedia menyembeliih putera tercintanya Ismail semata-mata untuk memenuhi dan melaksanakan perintah Allah. Kaum muslimin selama mengerjakan ibadah haji dan melihat bekas-bekas dan tempat-tempat yang ada hubungannya dengan perjuangan Nabi Muhammad bersama sahabatnya dalam menegakkan agama Allah. Sejak Dari Makkah di saat-saat ia mendapat halangan, rintangan bahkan siksaan dari orang-orang musyrik Makkah. Kemudian ia hijrah ke Madinah berjalan kaki dalam keadaan dikejar-kejar orang-orang kafir. Demikian pula usaha-usahanya yang ia lakukan di Madinah berperang dengan orang-orang kafir, menghadapi kelicikan dan fitnah orang Yahudi. Semua itu dapat diingat dan dihayati selama menunaikan ibadah haji dan diharapkan dapat menambah iman dan ketakwaan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi maha Penyayang.
  6. Sebagai muktamar Islam seluruh dunia. Pada musim haji berdatanganlah kaum Muslimin dari seluruh dunia. Secara tidak langsung terjadilah pertemuan kaum Muslimin seluruh dunia, antara suku bangsa  dengan suku bangsa, antara bangsa dengan bangsa yang beraneka ragam coraknya itu. Antara mereka itu dapat berbincang dan bertukar pengalaman dengan yang lain sehingga pengalaman dan pemikiran seseorang dapat diambil dan dimanfaatkan oleh orang lain, terutama setelah masing-masing mereka sampai di negeri mereka nanti. Jika pertemuan yang seperti ini diorganisir dengan baik, tentulah akan besar manfaatnya. Akan dapat memecahkan masalah-masalah yang sulit yang dihadapi umat Islam di negara mereka masing-masing. Semuanya itu akan berfaedah pula bagi individu, masyarakat dan agama. Alangkah baiknya jika waktu itu diadakan pertemuan para ahli, para ulama, para pemuka masyarakat, para usahawan dan sebagainya. Disamping enam macam yang dikemukakan ini, ada lagi manfaat yang paling penting, yaitu perluasan wawasan keilmuan sehingga terbukalah pikiran kita betapa banyaknya mazhab-mazhab dalam pelaksanaan ibadah, tetapi semua itu satu dalam agama, saudara dalam iman.

Betapa besarnya dampak psikologis manasik haji yang sesungguhnya akan juga dapat diperoleh anak dalam bentuk simulasi yang sederhana, namun demikian untuk mencapai dampak positif yang optimal tentunya ada hal-hal yang perlu diketahui dan dipersiapkan oleh guru dan orang tua  lebih dahulu.
Saran yang dapat kami berikan adalah:
    1. Manasik haji TK seharusnya dilaksanakan dengan serius, dengan jadwal dan urutan yang benar mendekati manasik haji yang sesungguhnya. Namun demikian juga jangan sampai permainan simulasi ini menjadi sedemikian terlalu seriusnya sehingga anak kehilangan kenikmatan memainkan peran. Suasana menyenangkan dan merangsang ingin tahu dan merangsang minat anak perlu dibina.
    2. Bapak/ibu guru dan orang tua, semestinya telah menguasai dan mengerti manasik haji sekalipun belum tentu sudah ber- haji. Sehingga informasi yang diberikan pada anak dalam bentuk dongeng/cerita sebelum melakukan manasik akan mengesankan dan meyakinkan anak. Guru dan orang tua akan mampu memberikan sugesti sedemikian rupa sehingga anak didik  tidak akan dapat melupakannya seumur hidupnya, membekas dalam sanubari dan InsyaAllah akan mempengaruhi jiwa dan perilakunya.
    3. Agar lebih menimbulkan kesan mendalam, maka pengaturan tempat maupun sarana semesthinya diatur sedemikian rupa sehinga memungkinkan anak benar-benar merasakan seperti naik haji betulan, anak-anak akan benar-benar melakukan aktivitas fisik, sosial dan psikis.
    4. Program ini jangan sampai hanya menjadi program popular dan demi prestise Sekolah saja, tetapi benar-benar sebagai program pendidikan yang terstruktur dan terencana dengan target pendidikan yang jelas. Sebagai suatu program dakwah yang bahkan dapat menyentuh tidak hanya pada anak saja tapi juga dapat menyentuh sampai pada orang tua dan keluarga murid.  Karenanya promosi menjadi suatu hal yang penting.
    5. Perlu disusun suatu modul pelaksanaan manasik haji di TK, sehingga ada tuntunan bagaimana menyelenggarakannya dengan benar.

Demikianlah, dengan informasi yang benar yang dikuasai, dengan manajemen yang serius dan bersungguh-sungguh dan lebih-lebih dengan niatan yang benar dan “bersih”, InsyaAllah penyelenggaraan Manasik Haji bagi TK adalah sangat psikologis dan diridhoi Allah SWT.

 “Tiada satu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.
Dan didekatkanlah sorga itu kepada orang-orang yang bertaqwa pada tempat yang tiada jauh dari mereka.
Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturanNya).(QS. QOOF, 50:18, 31, 32)



 
Semarang, 30 Nopember 2000
(024) 8504619/ 0818293485



 TUNTUNAN  SIMULASI  MANASIK HAJI  ANAK  TK

 Disusun oleh :

 Dra. Hj. Rt. Anggraini KE, PSI

Yayasan ROBBABAL AULAD
Sekretariat : Jl. Jangli Krajan Barat II/ 418
Telpon : (024) 8504619/0818293485
 TERAPI AL FAIQ
Jln. Pengok Kidul 32 Baciro Yogyakarta
0274-6612176

Semarang

 Alhamdulillah………………..
Buku ini kami susun sebagai tindak lanjut dari Penataran Guru TK untuk Manasik Haji TK pada tanggal 29 –30 Nopember 2000. Menyadari bahwa penyelenggaraan Simulasi Manasik Haji bagi TK adalah banyak manfaat dengan tujuan mendidik yang sangat mulia
I.                   PENGERTIAN HAJI :

1.       Ibad                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                   ah haji ialah : Mengunjungi Makkah untuk mengerjakan Ibadah haji yang terdiri dari umroh, tawaf, sai, wukuf di Arafah dan ibadah-ibadah lain (jumroh, mabit, mencukur rambut) guna memenuhi perintah Allah dan mengharap keridhoan-Nya.
2.       Ibadah haji diwajibkan pada tahun 6 H dengan turunnya wahyu Allah yang berbunyi :



Wa atimmul hajja wal umrota lillah.

     Artinya :

“Hendaklah kamu sempurnakan ibadah haji dan umroh  karena Allah.”
3.       Syarat-syarat haji :
a. Beragama Islam;
b. Baligh (meskipun hajinya anak-anak juga sah);
c. Berakal;
d. Merdeka;
e. Berkemampuan dan kesanggupan (Istitho’ah)
4.       Istitho’ah meliputi :
a.       Sehat jasmani dan rohani;
b.      Keamanan selama perjalanan haji;
c.       Memiliki bekal dan kendaraan;
d.      Tidak ada hambatan dan rintangan;
5.       Bila sudah ada kemampuan dan kesempatan agar segera melaksanakan ibadah haji, karena sabda Rasulullah SAW :





Man arraadal hajja fatyu’ajjil, fainnahu qod yamrodlul mariiidlu, wa tadlillur raahilatu, wa takuunul haajatu.

Artinya :
     
Barang siapa hendak menunaikan haji, hendaknya dilakukannya dengan segera, karena mungkin diantaramu ada yang sakit, hilang kendaraannya atau ada keperluan lainnya!

(Riwayat Ahmad, Baihaqi, Thahawi dan Ibnu Majah).

Para ulama telah sepakat (ijma’) bahwa yang dimaksud dengan bulan-bulan haji ialah bulan Syawal, Dzulkaidah dan Ddzul Hijjah.

Miqat makani ialah batas tempat memulai ihrom bagi orang yang akan mengerjakan haji atau umroh.

Berdasarkan kesepakatan Ulama (Ijma’) jamaah haji Indonesia gelombang II mengambil miqot di King Abdul Aziz sebagai Yalamlam karena pesawat yang dikendarai jamaah tidak berhenti di Yaman dan diambil lokasi yang jaraknya hampir sama dengan Yalamlam yaitu King abdul Aziz. 


      IHROM

a. Ihrom  maksudnya pernyataan niat untuk melaksanakan haji dari miqot (sudah berpakaian ihrom)
      b. Membaca :
     

           Labbaika umrotan/ labbaikallaahumma umrotan



            Labbaika hajjan/ labbaikallaahumma hajjan         



      d. Untuk ihrom dianjurkan :
-          Sebelumnya berwudhu atau mandi (besar), memotong kuku, menyisir rambut, memendekkan kumis, mencukur rambut dan lain-lain.
-          Pakaian ihrom berwarna putih, bagai pria satu helai sarung dan satu helai selendang sedangkan untuk wanita pakaian yang bisa menutup seluruh aurat wanita.
-          Boleh memakai wewangian sebelum ihrom, tetapi kalau sudah niat ihrom tidak boleh.
-          Sholat sunat 2 rokaat


e. Hal-hal yang dilarang sewaktu ihrom :
-          Melakukan kejahatan atau maksiat
-          Jidal atau berdebat yang tidak ada manfaatnya atau bertengkar dengan orang lain.
-          Menutup kepala bagi pria dan dilarang membuka aurat di depan orang, bagi wanita.
-          Memakai sesuatu yang menutup mata kaki bagi pria.


3. Rukun haji adalah amalan-amalan haji yang harus dilaksanakan dan apabila ditinggalkan salah satunya maka tidak bisa diganti dengan yang lainnya (dam).
Rukun haji meliputi :
a.       Ihrom
b.      Wukuf di Arafah
c.       Tawaf   Ifadloh
d.       Sai
e.       Bercukur (memotong rambut)/ tahallul
f.       Tertib
   


4.  Wajib haji adalah amalan-amalan haji yang harus dilaksanakan, tetapi apabila karena sesuatu terpaksa tidak dipenuhi, dapat diganti dengan yang lain (dam)
Wajib haji meliputi :
a.       Niat ihrom dari Miqot
b.      Mabit di Muzdalifah
c.       Melontar jumroh Aqobah
d.      Mabit di Mina
e.       Melontar jumroh tgl 11, 12 dan 13 Dzulhijjah
f.       Meninggalkan larangan dalam ihrom


TATA CARA MELAKSANAKAN IBADAH HAJI

Qiron artinya melaksanakan ihrom umroh dan haji sekaligus dari miqot dengan mengucap :
 
 
 
Labbaika hajjan wa umrotan

Ucapan Talbiyah adalah :









Labbaik Allahumma labbaik, Labbaika laa syariika laka labbaik, Innal hamda wan ni’mata laka wa mulk, Laa syariika lak
.
Artinya :

Ya Allah aku datang memenuhi panggilan-Mu. Ya Allah tiada sekutu bagi-Mu sesungguhnya segala puji, segala nikmat dan segala kerajaan adalah kepunyaan-Mu. Dan aku datang hanya memenuhi panggil-Mu tiada sekutu bagi-Mu.

Sholawat :

 Allaahumma sholi alaa Muhammad, wa alaa aali Muhammad.

Artinya :

Ya Allah limpahkanlah sholawatmu kepada nabi Muhammad dan keluarganya.

Jadi setiap orang yang   menunaikan ibadah haji pasti juga melaksanakan umroh. Ini berbeda dengan umroh sunnah yang bisa dilaksanakan setiap waktu yang terlepas dari ibadah haji.

III. UMROH
1.       Umroh, arti bahasanya ziarah atau berkunjung. Dan yang dimaksud ibadah umroh adalah ziarah ke Ka’bah dengan ihrom, tawaf, sai dan mencukur rambut (tahallul).
2.       Umroh ada 2 macam yaitu :
a. Umroh wajib
b. Umroh sunnah
3.       Umroh wajib yaitu umroh yang berkaitan ibadah haji baik     secara tamattu’ atau qiron.

IV. TAWAF WADA’ (TAWAF PAMITAN)

1.       Tawaf wada’ adalah tawaf yang dilakukan oleh seseorang yang akan meninggalkan kota Makkah.
2.       Dilakukan dengan pakaian biasa dan tanpa sa’i

 V. HAJI RASULULLAH SAW

  1. Tanggal 25 Dzul qoidah berangkat ke Makkah-miqot di Bir Ali.
  2. Tanggal 4 Dulhijjah sampai di Makkah-tawaf Qudum
  3. Tanggal 4 s/d 8 Dzulhijjah tinggal di Abtoh
  4. Tanggal 8 Dzulhijjah berangkat ke Mina mabit semalam
  5. Tanggal 9 Dzulhijjah ba’da Subuh berangkat ke Arafah untuk wukuf (Dholat Dzuhur dan Asar di Arafah jama’ taqdim qasar)
-Ba’da Maghrib bergerak menuju Muuzdalifah Sholat   Maghrib dan Isya di Muzdalifah jama’ta’khir.
-Ba’da Subuh menuju Mina
  1. Tanggal 10 Dzulhijjah melontar jumroh Aqobah (waktu dluha)
- Menyembelih hewan
- Tawaf ifadhoh
- Tahallul (cukur)
  1. Mabit di Mina malam tanggal 11,12 Dzuhijjah
  2. Melempar jumroh Shughro, Wustho, Kubro, pada tanggal 11,12,13 Dzulhijjah.
Memperbanyak bacaan talbiyah, dzikir dan doa (No.5) :
Ucapan Talbiyah adalah :

Labbaik Allahumma labbaik, Labbaika laa syariika laka labbaik, Innal hamda wan ni’mata laka wa mulk, Laa syariika lak.

Artinya :

Ya Allah aku datang memenuhi panggilan-Mu. Ya Allah tiada sekutu bagi-Mu sesungguhnya segala puji, segala nikmat dan segala kerajaan adalah kepunyaan-Mu. Dan aku datang hanya memenuhi panggil-Mu tiada sekutu bagi-Mu.

Sholawat :



Allaahumma sholi alaa Muhammad, wa alaa aali Muhammad.

Artinya :

Ya Allah limpahkanlah sholawatmu kepada nabi Muhammad dan keluarganya.

Doa sesudah talbiyah :





Allaahumma inna nas aluka ridloka wal jannah. Wa na’uudzubika min sakhotika wa naar. Rabbanaa aatinaa fidun yaa hasanah. Wa fil aakhiroti hasanah. Wa qinaa adzaaban naar.

Artinya :

Ya Allah kami mohon selalu mendapat ridlo dan surga-Mu. Ya Allah kami mohon perlindungan dari murka dan neraka-Mu. Ya Allah berikanlah kami kebaikan di dunia dan di akhirat serta jauhkanlah kami dari siksa neraka.

Babussalam dan pada waktu masuk Babussalam berrdo’a (No. 7):










Allahumma antas salaam wa minkas salam, fahayyina rabbana bissalam. Waadkhilnal jannata daras salam, tabarakta wataalaita ya daljalali wal ikram. Allahummaftah li abwabirahmatika wallmaghfiratika wa adkhilnifina. Bismillahiwal hamdu lillahi wasalatu wassalamu’ala rasulillah.

Artinya :

Ya Allah, Engkau sumber keselamatan, dan daripadaMu-lah datangnya keselamatan itu semua. Maka sambutlah kami wahai Tuhan, dengan selamat sejahtera dan masuklah kami ke dalam surga negeriMu yang bahagia, Maha Pemberi Berkat dan Maha tinggilah Engkau wahai Tuhan yang memiliki keagungan  dan kehormatan. Ya Allah, bukalah untukku pintu rahmat dan ampunan. Masukkan aku ke dalam ampunan-Mu. Dengan nama Allah dan segala puji bagi Allah salawat dan salam untuk Rasulullah.
      



  1. TAWAF UMROH

Cara-caranya :
      Selama tawaf hendaknya suci dari hadas dan najis.
a.       Mulai dari Hajar Aswad (ada tanda garis coklat)
Kalau dapat mulailah dengan mencium Hajar Aswad, kalau tidak dapat , cukup dengan isyarat mengangkat satu atau atau dua tangan kemudian dikecup sambil mengucap (No.9)



Bismillahi Wallahu Akbar
(Fq. Sunnah : 1/693)

Artinya :
Dengan menyebut Asma Allah, dan Allah Maha Besar.
b.      Kemudian mulai mengelilingi Ka’bah sampai tujuh kali. Ka’bah harus selalu di sebelah kiri.
c.       Pada putaran kesatu, kedua, ketiga khusus bagi pria hendaknya dengan cara RAMAL (lari-lari kecil) dan IDTIBA’(pundak kanan terbuka)
d.      Pada putaran keempat dan seterusnya sampai putaran ke tujuh berjalan biasa.
e.       Pada putaran antara Hajar Aswad (garis coklat) sampai rukun yamani dianjurkan membaca tasbih dan berdo’a sebagai berikut (No. 10) :

DO’A TAWAF
                        Artinya :
Dari Abu Hurairah r.a sesungguhnya ia mendengar Rasulullah SAW bersabda. Barang siapa Tawaf tujuh kali di Baitullah dan tidak berkata-kata melainkan ucapan “SUBHAANALLAAH WAL HAMDU LILLAAH WA LAA ILAHA ILLALLAHU WALLAAHU AKBAR, WA LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLA BILLAAH” , maka ia akan dihapuus sepuluh kali dosanya dan ditulis untuknya sepuluh kebaikan, serta diangkat ke sepuluh derajat. (HR. Ibnu Majah) 
 
f. Setiap sampai rukun Yamani usaplah rukun Yamani, atau berilah isyarat dengan tangan sambil membaca (No.11)

g. Setiap berjalan antara rukun Yamani dan rukun hajar aswad membaca (berdo’a No.11)
Rabbana atina fid-dun-ya hasanah wa bil-akhirati hasanah wa qina azabannar.
Artinya :

Ya Allah berilah kami kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat, dan jauhkanlah kami dari siksa api neraka. (Riwayat Abu Daud dan Syafii dari nabi SAW)

h. Setiap sampai rukun Hajar Aswad, kerjakanlah seperti tersebut pada a.
i. Setelah selesai tawaf, usahakanlah untuk berdo’a di Multazam (antara Hajar Aswad dan pintu ka’bah) sebagai berikut (No.12)
Allahumma ya robbal baitil’atiq riqobana wa riqoba’abaina wa ummahatina, wa ikhwanina, wa auladina minan nar, allahumma ahsin aqibatana fil umuri kulliha, wa ajima min khiyzid dun-ya wa ‘adzaaabil akhirah. Alla humma inni as’aluka an tarfa’a dzikri. Wa tada’a wizri, wa tusliha amri, wa tutahhira qalbi watunawwirali fi qabri, wa taghfiroli zanbi. Wa as’alukad darajatil’ula munal jannah.
Artinya :
Ya Allah yang memelihara Ka’bah merdekakanlah kami, bapak dan ibu kami saudara dan anak-anak kami dari siksa neraka. Ya Allah, baikkanlah segenap urusan kami, jauhkanlah kami dari kehampaan dan kehinaan di dunia dan siksa di akhirat . Ya Allah, aku mohon kepada-Mu agar Engkau tinggikan namaku, hapuskan dosaku, perbaiki segala urusanku, bersihkan hatiku, berilah cahaya kelak dalam kuburku, berilah ampunan dosaku dan aku mohon kepada-Mu martabat yang tinggi di surga.

*. Kemudian sholat sunnah tawaf dua rakaat di belakang/searah maqam Ibrahim (rakaat pertama membaca S. Al Kaafiruun, rakaat kedua membaca S. Al Ikhlas setelah  Al Fatikhah.
* Setelah   sholat dan berdo’a kemudian usahakan minum air zam-zam dan selanjutnya menuju  ke Shofa untuk melakukan Sa’i.
  
3.       SA’I
 Cara-caranya :
a.Kita menuju ke Bukit Shafa, setelah dekat Shafa lalu membaca/ mengucapkan (no.15) :
“Innash shafa wal –marwata min sya’arillahi. Abda’u bima bada’allahu bihi.”
Artinya :
Sesungguhnya Shafa dan Marwah itu adalah syiar-syiar Allah. Aku mulai dengan apa yang telah Allah memulainya.(HR. Nasa’i dan Jabir)

b.Kemudian mulailah sa’i (berjalan dari Shafa ke Marwah) berulangkali sampai tujuh kali (dimulai dari bukit Shafa dan berakhir di bukit Marwah).
c.Baik di Shafa maupun Marwah supaya naik ke tempat yang tinggi , menghadap ke kiblat /Ka’bah disertai membaca takbir dan tahlil seperti dicontohkan oleh Rasulullah SAW (No. 16) :
d.Pada waktu sa’i, ketika berada diantara Masiil dan Bait Bani-Aqil (bertanda lampu hijau), bagi pria hendaklah Ramal (berlari-lari kecil) tiga kali perjalanan seraya berdo’a (No. 17)

B. HAJI

Pada tanggal  8 Dzulhijjah saat kita masih berada di Makkah, kita segera mempersiapkan diri untuk melaksanakan ibadah haji. Terlebih dahulu kita mandi (seperti mandi junub), bersisir, memakai minyak wangi, lalu memakai pakaian ihram dan salat sunnah dua rakaat (rakaat pertama membaca S. Alkaafiruun, rakaat dua membaca S. Al-Ikhlas setelah Al-Fatikhah) lalu niat ihram haji.

  1. Niat Ihram Haji
Setelah selesai sholat sunnah ihram dua rakaat lalu berniatlah untuk ihram haji dengan mengucapkan (No.4)

“Labbaik Allahumma Hajjan/ Labbaika Hajjan”
Artinya :
 Aku sambut panggilan-Mu ya Allah untuk haji.    
           
Perbanyaklah membaca talbiyah. Setelah itu rombongan segera diberangkatkan ke Arafah, tempat yang telah ditentukan oleh Muassasah untuk wukuf di Arafah pada tanggal 9 Zulhijah. Pada waktu berangkat disunnatkan untuk berdo’a (No. 20)

Ketika sampai di Arafah dianjurkan untuk berdo’a (No.21)
  1. Wukuf
Waktu wukuf, mulai ba’da dluhur (tergelincirnya matahari) tanggal 9 Dzulhijjah sampai terbenam matahari.

Sebelum wukuf, kita dengarkan khutbah wukuf kemudian  sholat dluhur dan ashar berjama’ah dengan jama’ taqdim dan qashar. Sesudah sholat perbanyaklah menbaca dzikir dan do’a seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW hingga terbenam matahari.

Allahu akbar La ilaha  illallahu wahdahu la syarikalahu, lahul mulku wa lahul hamdu wahuwa alaa kulli syai’in qodir. (Fq. Sunnah : 1/609)

Artinya :

Tidak ada Tuhan selain Allah, Yang Maha Esa,  tiada  sekutu bagi-Nya, Baginya segala kekuasaan dan pujian dan Dia berkuasa atas segala sesuatu.

Catatan ;
Selama di Arafah, perbanyaklah berdoa sebagaimana contoh (No.22) dan larangan-larangan ihram, tidur, ngobrol (rofas) merusak (fusuq) dan berbantah-bantahan (jidal)
  1. Melempar Jumrah di Mina
Tanggal 11 Dzulhijjah melempar tiga jumroh: jumrah Ula, Wustho, Aqabah, masing-masing tujuh x 1 kerikil, waktunya mulai ba’da dluhur sampai dengan tengah malam/fajar.
Tiap-tiap jumrah (dilempar) dengan tujuh batu : Ia membaca takbir pada setiap lemparan.

Bismillahi Allahu akbar
Rojman Lis syayaathin wa ridlon lirrohman
Allahummaj ‘alhu hajjan mabruro wa sa’yan masykuro.
Artinya:
Dengan nama allah yang Maha Besar, kutukan bagi segala setan dan riidlo bagi allah yang Maha Pemurah. Ya Allah jadikanlah ibadah haji yang mabrur dan sa’i yang diterima.

 PERSIAPAN AKAN BERANGKAT IBADAH HAJI

Setelah niat dengan mantap untuk ibadah haji, persiapan lahir batin, perlengkapan, surat-surat, bekal dan pesan-pesan kepada yang ditinggalkan, maka :
1.        Sebelum berangkat shalat Saafar dua rakaat di rumah masing-masing .
2.        Berdo’a ketika akan pergi (No.1)

Bismillahi tawakkaltu ‘alallahi, wala haula wala quwwata illa billah.

“Dengan nama Allah, hamba berserah diri kepada Allah dan tidak ada daya kekuatan untuk menjalankan perintah dan tidak ada daya kekuatan untuk menjauhi yang dicegah. Kecuali dengan pertolongan Allah.(R. Sholohin. 73)

3.        Do’a berada di kendaraan (No.2)
                        Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillahi 3X allahu akbar 3X subhanallazi sakhkhoro
Lana haza wama kunna lahu muqriniina wa inna ila robbina lamungolibun.
Allahumma inna nas’aluka fii safarina haza birro wattaqwa, wa minal ‘amallima tardlo.
Allahumma antas soohibu fis safari wal kholiifatu fil ahli.
Allahumma inni a’zubika min wa’tsaa-fissafari waka batil manzori wasu’il mungolabi fil mali wal ahli.

Artinya :

Dengan nama Allah yang pengasih dan  lagi penyayang.
Segala puji bagi Allah 3X
Allah zat yang Maha Besar 3X
Maha suci (Allah) zat yang telah memudahkan untuk kami (akan kendaraan) ini, padahal  kami tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kepada Tuhan kami akan kembali. Ya Allah sesungguhnya kami memohon kepada Engkau kebagusan dan takwa dalam bepergian kami ini dan perbuatan yang Engkau ridhloi
Ya Allah, mudahkanlah bepergian kami  ini, dan semoga Engkau mendekatkan jauhnya.
Ya Allah, Engkau adalah teman dalam bepergian  dan pengganti (penjaga) dalam keluarga.
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada –Mu dari kesukaran dalam bepergian dan kesedihan hati karena pemandangan dan aku berlindung dari kejelekan dan suasana   hati suasana harta dan keluarga serta anak ketika kembali. ( Riyadlus Sholihin 355 )

4.        Do’a ketika kembali masih dalam kendaraan membaca do’a nomor 3 terus ditambah :

Ayibuna ta’ibuna, a-buna, lirobbina hamiduna.

Artinya :

Kami telah kembali, telah bertaubat dan telah beribadah dan kepada Tuhan kami, kami memuji-Nya. (Riyadlus Sholihin 355)

KETIKA TELAH PULANG, SEBELUM MASUK KE RUMAH SENDIRI, BERDOALAH MENURUT KEBUTUHAN ANDA, MISALNYA SEPERTI (No. 4)

A’uzubillahi minasysyaithanirrajim.
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahirabbil’alamin
Allahumma, salli’ala Muhammad, wa’ala ali Muhammad.
Allahumma rabbanagfirli waliwalidayya wa lilmu’minina
Yauma yaqumul hisab. Rabbana hablana min azwajina wa zurriyyatina qurrata a’yun, waj’alna lilmuttaqina imama, wa sa’yam masykura. Wa zambam maghfura wa tijaratal lan labor. Ya’alima Ma fissudur. Akhrijna ya Allah . minazzulumati ilannur. Allahummar zuqni wa hawwin’alaina makkatal mukarramah wal madinatal munawwarah. Li adaik hajji wal’umrah. Wa li ziyarati masjidinnabiyyi muhammadin saw marratam ba’da marrah, karratam ba’da karrah. Bi’auniks wa ladlika wa ridaka ya llah . annaka ‘ala kulli syai’in qadir. Rabbana atina fiddunya hasanah. Wa fil akhirati hasanah, wa qina’azabannar.
Wal hamdulillahirabbil ‘alamin.

Artinya :

 Hamba berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk. Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pemurah Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah serta sekalian alam. Ya Allah, berilah rahmat  kepada Nabi Muhammad, dan keluarga beliau. Ya Allah, ampunilah hamba, kedua orang tua hamba dan orang-orang mu’min pada hari nasab. Ya Allah Tuhan kami, berilah kami, dari isteri-isteri kami dan keturunan kami, yang menyejukkan pandangan mata, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang  taqwa. Ya Allah, jadikanlah haji kami haji yang mabrur, perjalanan yang berpahala, dosa yang terampuni dan dagangan yang tak merugi. Wahai zat yang mengetahui apapun yang berada di dalam hati-hati. Keluarkanlah kami ya Allah dari kegelapan kesesatan menuju yang terang dan benar. Ya Allah, berilah kami dan semua yang hadir di majlis ini berziarah ke Makkah Al Mukarramah dan Madinah Al Munawwarah untuk menunaikan ibadah haji dan umrah berulangkali dengan pertolongan-Mu, anugerah-Mu dan ridlo-Mu ya Allah. Sungguh Engkau berkuasa terhadap segala sesuatu. Ya Allah Tuhan kami, berilah kami kebagusan di dunia, kebagusan di akhirat dan jagalah kami dari siksa api neraka. Dan segala puji bagi Allah seru sekalian alam.





Artinya :

Rasulullah SAW berjalan sampai tiba di Arofah : beliau dapati tanda sudah didirikan untuk beliau di Namiroh  (sekarang menjadi Masjid  Namiroh di wilayah Arofah). Maka beliau singgah di Namiroh sehingga tergelincir matahari. Lantas beliau menyuruh mendatangkan Qaswa-nya (onta milik Nabi). Maka diserahkan onta itu kepada beliau, lantas beliau datang ke tengah-tengah lembah seraya memberikan khutbah kepada manusia. Kemudian azan lalu qomat dan sholat Dzuhur, kemudian qomat lagi, lalu beliau sholat Ashar (jama’qoshor) dan beliau tidak sholat sunnah sedikitpun antara dua shalat. (HR. Muslim)