LATIHAN MENASIK
HAJI SEBAGAI PEMBENTUK KEPRIBADIAN ANAK
Dra. Hj. Rt. Anggraini KE
Fak. Psikologi Unissula Semarang
Rs. Roemani Muh. Semarang
2000
Perkembangan
agama pada masa anak terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak kecil, utamanya dalam
keluarga, dalam sekolah dan dalam lingkungan masyarakat. Semakin banyak
pengalaman yang bersifat agamis (sesuai dengan ajaran agama) dan semakin banyak
unsur agama ditanaamkan, maka dapat diharapkan sikap, tindakan, perilaku dan
cara anak menghadapi hidup nantinya akan sesuai dengan ajaran agama. Setiap
pengalaman yang dilalui anak dalam kehidupannya sehari-hari, baik melalui
penglihatan, pendengaran, maupun perlakuan yang diterimanya, akan ikut
menentukan pembinaan pribadinya.
Idealnya
setiap orang tua dan pendidik (guru) ingin membina anak agar menjadi manusia yang baik, sehat
fisik dan berkepribadian kuat, memiliki sikap
mental yang sehat serta akhlak yang terpuji. Semuanya ini dapat diusahakan
melaui pendidikan baik formil maupun informal. Sayangnya usaha itu saat ini
semakin bertambah berat pelaksanaannya justru dengan semakin canggihnya
perkembangan media massa di masyarakat. Ada semacam peperangan antara
idealisme pendidikan dan pemasaran sarana kenikmatan hidup. Sebagai contoh
begitu banyak acara hiburan dan informasi yang disodorkan media Televisi yang sesungguhnya
tidak cocok untuk anak-anak dengan jam tayang yang tidak tepat dari sisi
pendidikan. Selain itu ada beberapa acara yang cocok untuk anak-anak tetapi jam
tayangnya justru di saat anak-anak biasanya harus siap berangkat sekolah atau
siap ngaji ke surau atau TPQ/TPA, atau sedang belajar, bahkan ada yang diputar
di larut malam, padahal isinya sangat bagus untuk menambah pengetahuan dan
kebijaksanaan.
Ada acara-acara
yang begitu menggoda karena dikemas dengan cara yang sangat menarik, yang bahkan
bagi banyak orang tua (ibu) menjadi hiburan utama (misal : serial
Telenovela). Orang tua (ibu) menjadi tidak mampu memilih, antara harus memberi
pelajaran pada anak, menemani membuat PR, mengajar ngaji Qur’an, ataukah
meneruskan menikmatinya karena takut ketinggalan cerita. Sejujurnya bila kita
hitung-hitung, sebenarnya sangat sedikit waktu untuk melaksanakan ibadah wajib
dan sunah (sholat dan tadarus Qur’an), tetapi kita sangat tahan memelototi TV
selama beberapa jam.
Bertambah
majunya ilmu pengetahuan dan teknologi tidak selalu memberikan kontribusi yang
positif bagi pembentukan kepribadian. Beberapa penelitian sosial-psikologis tentang
berita dan acara tayangan di media massa menunjukkan, disamping manfaatnya yang
tinggi dan positif bagi perluasan dan perkembangan pengetahuan tetapi juga
diikuti oleh kenyataan betapa besar dan luas dampak negatifnya. Dampak negatif
itu meliputi meningkatnya patologi sosial di masyarakat, seperti pornografi,
pornoaksi, kriminalitas, kenakalan remaja, penyalah gunaan obat, dan
sebagainya. Banyak kasus perkosaan dan kelainan seksual atau perilaku agresif
lain yang dilakukan oleh anak-anak didahului oleh membaca berita dan menonton
tayangan-tayangan tertentu yang menimbulkan gairah tinggi pada pelakunya. Hal
ini sungguh harus menjadi keprihatinan bersama.
Jiwa
anak bagaikan sebuah camera yang siap untuk merekam segala fenomena yang ada di
sekitarnya, dan tidak semua anak mampu melakukan seleksi, editing, croping
ataupun deleting terhadap informasi yang masuk. Akibatnya potensi-potensi
negatif yang dimiliki anak dapat menjadi lebih dominan dan aktual dibanding
potensinya yang positif. Selain itu tidak semua hal ada pada jangkauan kendali
kita, banyak hal yang sepertinya memaksa kita untuk menelannya begitu saja. Hal
ini perlu menjadi kewaspadaan bagi kita semua, utamanya ketika kita bersemangat
untuk membentuk generasi yang kuat yang akan kita tinggalkan nantinya.
LATIHAN MANASIK HAJI ANAK TK,
PERLUKAH ?
Orang tua dan Guru
(khususnya guru Agama) mempunyai tugas yang cukup berat, karena disamping
mengajarkan pengetahuan umum dan pengetahuan agama juga harus membina pribadi
anak.
Perkembangan agama
pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang
dilaluinya, terutama sejak pada
masa-masa pertumbuhan awal dalam kandungan, diteruskan pada usianya yang
pertama yaitu masa anak dari umur 0 hingga 12 tahun. Seorang anak yang pada
masa-masa emas tersebut tidak mendapatkan didikan agama dan tidak pula
mempunyai pengalaman keagamaan, maka dapat diramalkan nanti setelah dewasa akan
cenderung kepada sikap negatif terhadap agama, pada tatanan kehidupan bahkan
pada dirinya sendiri.
Kalau
kita ingat dan memahami bahwa tatkala
Nabi Ibrahim As selesai membangun Ka’bah, ia memperoleh perintah
langsung dari Allah untuk memproklamasikan Haji pada seluruh umat di dunia
(Tafsir atas Surah Al- Hajj Ayat 27):
Dan proklamasikanlah haji itu kepada
seluruh manusia niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta kurus yang
datang dari segenap penjuru (dunia) yang jauh (QS. 22: 27)
Ibrahim As lalu naik ke Jabal (Gunung) Abi Qubais dan menyeru dengan
suara keras.
”
Wahai manusia! Sesungguhnya Allah telah
memerintahkan kamu agar berhaji ke rumah ini (Bayt Allah), niscaya Allah akan
memberikan pahala surga dan menjauhkan kamu dari api neraka”.
Saat itu seluruh manusia menjawab, baik yang ada di dalam sulbi
laki-laki maupun yang ada dalam rahim perempuan dengan jawaban :
“Labbaykallahumma labbayk” (Aku siap melaksanakan dan memenuhi perintah-Mu Ya Allah).
Dari penuturan di
atas tampak bahwa yang menjawab seruan Ibrahim As bukan hanya manusia dewasa
tetapi juga para calon manusia yang masih dalam sulbi laki-laki (masih menjadi
sperma) yang nantinya bakal menjadi manusia. Ini menunjukkan bahwa manusia
wajib memahami masalah haji yang terkenal dengan manasik, termasuk juga hikmah
dan hakikat haji sebagai konsekuensi atas jawabannya ketika masih di alam
azali. Untuk memahami pemberitahuan atau proklamasi tersebut membutuhkan pengakuan (ilmu, iman dan amal).
Hukum memahami manasik
adalah fardhu kifayah, dan bagi yang sudah ada kemampuan serta ada
niat, hukum tersebut meningkat menjadi fardhu’ayn ,
karena bagi setiap individu yang akan melaksanakan haji dituntut
untuk memperoleh dan mendapatkan ilmu yang benar tentang manasik dari
ulama-ulama yang dipercayai. Mereka yang melaksanakan ibadah haji tanpa ilmu
akan mengalami kerugian yang sungguh besar, bahkan hajinya bisa menjadi amalan
sia-sia belaka-paling- paling akan dirasakan sebagai sekadar piknik saja.
Pelaksanaan ibadah hajinya tidak meninggalkan bekas-bekas pada perilaku
sesudahnya, kalaupun ada hanya sekedar cerita yang lebih merupakan kebanggaan
dan menimbulkan perasaan peningkatan prestige saja.
Perang
antara idealisme pendidikan dan canggihnya teknologi informasi mengingatkan
pada kita, betapa pentingnya melakukan upaya serius untuk mengingatkan anak dan
diri kita sendiri tentang perjanjian azali serta jawaban kita pada seruan nabi
Ibrahim ketika kita masih dalam tulang sulbi. Pelaksanaan latihan manasik haji
bagi anak-anak TK sungguh merupakan hal yang patut didukung dengan kesungguhan
dan manajemen yang serius, karena merupakan cerminan jawaban manusia atas
seruan nabi Ibrahim as, yang perlu dimanifestasikan sedini mungkin, pumpung
camera jiwa anak belum terlalu banyak merekam dan dimuati oleh hal-hal duniawi
yang negatif.
Usia
balita adalah Critical period, masa peka bagi pendidikan rohani, usia
dimana jiwanya relatif masih belum terlalu banyak tercoreng dengan kehidupan,
sehingga akan lebih mudah tersentuh untuk diingatkan dengan janji dan
jawabannya waktu masih di dalam sulbi maupun rahim ibunya. Pelaksanaan menasik
haji pada anak TK dapat merupakan salah satu cara memberikan pengalaman
pelaksanaan ibadah lengkap yang sedemikian rupa sehingga sangat berkesan dan
tertanam dalam jiwanya yang masih polos dan
nantinya menjadi bagian dari
kepribadiannya yang agamis (cenderung kepada perilaku sesuai tuntunan agama).
Hal ini
berkesesuaian dengan pandangan dalam ilmu jiwa agama (psikologi agama) yaitu
sebuah ilmu yang saat ini sedang berkembang dengan pesat, yang meneliti dan menelaah kehidupan beragama
seseorang dan mempelajari seberapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam
sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup, juga mempelajari pertumbuhan dan
perkembangan jiwa agama pada seseorang dan faktor- faktor yang mempengaruhi
keyakinan tersebut karena keyakinan masuk dalam konstruksi kepribadian.
PERKEMBANGAN AGAMA PADA
ANAK
Kita perlu memahami
bahwa pengalaman agama adalah subyektif, intern dan individual, dimana setiap
orang akan merasakan pengalaman agama yang berbeda dari orang lain. Dalam hal
ini juga ada tahap-tahap perkembangan.
Pada anak-anak,
mereka mulai mengenal Tuhan melalui bahasa. Tuhan bagi anak-anak pada permulaan
merupakan nama dari sesuatu yang asing yang tidak dikenalnya dan diragukannya.
Karenanya pada anak, agama adalah hasil dari lingkungan yang berkembang
sebagiannya dari contoh yang diberikan oleh
orang tua dan
sebagian lainnya dari
pelayanan (program)
yang diberikan dengan sengaja.
Kata Allah akan
mempunyai arti sendiri bagi anak, sesuai dengan pengamatannya terhadap orang
dewasa di sekelilingnya (orang tua/ Guru) ketika mengucapkannya. Allah akan
berarti Maha Kuasa, Maha Penyayang atau lainnya sesuai dengan hubungan kata
Allah itu dengan air muka dan sikap orang tua/ guru ketika menyebutnya. Oleh
karena itu pertumbuhan agama pada anak tidak sama antara satu anak dengan yang
lain karena tergantung kepada bagaimana perilaku dan perlakuan orang dewasa di
sekelilingnya terhadapnya..
Orang tua adalah pusat kehidupan ruhani si anak dan sebagai
penyebab berkenalannya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan
pemikirannya dikemudian hari, dipengaruhi oleh interaksi dengan orang tuanya di
permulaan hidupnya. Kekaguman dan penghargaan terhadap figur bapak
adalah penting untuk pembinaan jiwa moral dan fikirannya sampai umur 5 tahun,
dan inilah bibit yang akan menumbuhkan
kepercayaan kepada Allah dalam masyarakat beragama. Hubungan
emosional yang diwarnai kasih sayang dan kemesraan antara orang tua dan anak
menumbuhkan proses identifikasi.
Orang tua dan tokoh
yang berperan sebagai orang tua, khususnya guru, semestinya dapat menjadi idola. Hal ini terutama tampak sekali pada saat anak
sekolah di TK. Alangkah ideal bila guru menyadari bahwa
dia bukan saja sebagai agen alih informasi (pengetahuan) bagi murid, tetapi
juga berperan sebagai obyek identifikasi dan pembentuk
kepribadian, sehingga segala perilaku, sikap dan nila-nilai yang ada pada guru
betul-betul dapat berpengaruh besar sekali terhadap perkembangan jiwa murid
nantinya
Penghayatan tentang
eksistensi Tuhan pada anak-anak berbeda dengan orang yang lebih dewasa. Anak
menghayati Tuhan lebih sebagai pemuas keinginan dan khayalan yang bersifat
egosentris (contoh: anak berdoa semoga
Tuhan memberi permen dan uang jajan), karena itu penanaman kesadaran
beragama kepada anak hendaknya menekankan pada pemuasan kebutuhan afektif. Diusahakan
agar anak dapat menghayati dan merasakan bahwa Allah
itu tidak hanya sekedar pemberi mainan, kue dan kenikmatan lain, tetapi Allah
adalah Pengasih, Penyayang, Pelindung, Pemberi rasa aman, tentram dan pemuas
kebutuhan alam perasaan lainnya. Hal ini hanya dapat terjadi bila orang tua dan guru di kelas juga bersikap, bertindak dan
memperlakukannnya dengan penuh kasih-sayang, melindungi, memberikan rasa aman,
menentramkan disamping memenuhi kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Bagaimanapun sebelum anak mengenal Tuhan-nya, yang dia kenal adalah orang-tuanya
dan gurunya, yang bisa dia hayati sebagai wakil Tuhan di dunia. Pengalaman yang
memuaskan dengan “wakil Tuhan” di usia dini,
akan cukup menentukan penghayatannya terhadap Tuhan yang sesungguhnya di usia
berikutnya.
Pada sekitar usia 8 tahun sikap
anak semakin tertuju kepada dunia luar, namun hubungan anak dengan Tuhan masih
merupakan hubungan emosional antara kebutuhan pribadinya dengan sesuatu yang
ghoib dan dibayangkan secara konkrit. Contoh, ia ingin memiliki semacam tongkat
Nabi Musa atau cincin Nabi Sulaiman (seperti yang didongengkan ibu guru / orang
tua) untuk digunakan sebagai alat bagi pemenuhan kebutuhan dan keinginannya
yang bersifat egosentris, konkrit dan segera (misal ingin PR langsung selesai,
punya mainan kesukaan, dsb).
Adanya perasaan
konkrit tentang Tuhan sejalan dengan taraf pemikiran anak yang belum mampu
berpikir abstrak. Kalau dikatakan bahwa Tuhan itu Maha Melihat, si anak
membayangkan betapa besarnya mata Tuhan, kalau orang tua setiap memperingatkan
anak dengan ancaman akan dihukum Tuhan, si anak akan mempersepsi Tuhan galak
sekali. Kalau guru menerangkan gunung, bumi, bulan adalah ciptaan Tuhan, anak
akan membayangkan tangan Tuhan besar sekali, atau Tuhan adalah raja yang sangat
berkuasa duduk di singasana istananya yang sangat indah, mengatur
malaikat-malaikat sebagai pegawaiNya yang sangat banyak, pandai dan patuh
sekali sehingga mampu bersama-sama membangun bumi, bulan, gunung, dan
sebagainya.
Pada perkembangan
tahap berikutnya setelah anak mampu berpikir secara abstrak dan logis, ia akan
memahami bahwa Tuhan itu tidak dapat ditangkap dengan panca indera dan tidak
mungkin dibayangkan oleh khayalan pikiran. Namun demikian jejak-jejak persepsi
awal tentang Tuhan apakah sebagai figur yang maha menakutkan, maha menghukum, ataukah
maha kuasa dan sekaligus maha pengasih dan maha penyayang tetap akan mewarnai
penghayatan anak yang telah meningkat.
Dapat dipahami bahwa pada usia balita dan usia yang lebih tua
(6-12 tahun), kegiatan ibadah seperti sholat, puasa dan berdoa yang pada
mulanya hanya meniru tingkah laku orang dewasa atau karena diperintah, lambat
laun akan dihayati dengan kesungguhan. Lebih lanjut peningkatan rasa Ketuhanan
dalam hubungan emosional yang diperkuat dengan ikatan moral akan dapat
menumbuhkan penilaian bahwa kebaikan tertinggi adalah mengikuti perintah Allah
dan meninggalkan laranganNya.
Bertambahnya umur
pada anak maka pemikiran yang bersifat operasional konkrit beralih pada nilai
wujud atau eksistensi hasil pengamatan. Pengamatan pada Tuhan yang tadinya
konkrit-emosional, berubah jadi Tuhan sebagai Sang Pencipta dan Pemelihara,
bukan hanya khusus berhubungan dengan dirinya (egosentris) tapi juga pada alam
semesta dan melimpahkan rahmatNya bagi seluruh makhluk. Berdasarkan kepercayaan
dan pemahaman ini si anak akan mampu
mengadakan hubungan yang harmonis dengan dunia luar, semakin bijaksana
dan dapat mengontrol dirinya sendiri.
Dari apa yang telah
diuraikan tersebut, nyatalah bahwa di
dalam menjalankan kewajiban mendidik agama pada anak, khususnya pada saat akan
merencanakan pendidikan manasik haji anak TK, kita betul-betul harus memahami tahapan perkembangan anak, sehingga
apa yang kita sampaikan dan apa yang kita harapkan menjadi proporsional dan
tidak berlebihan. Sehingga program manasik haji pada TK menjadi pengalaman
keagamaan yang membahagiakan dan tidak menekan.
PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS MASA KANAK-KANAK (2-6 TAHUN)
Agar seorang anak
mencapai suatu kebahagiaan dan berhasil dalam tugas perkembangan periode
berikutnya, setiap individu dituntut untuk berkembang optimal sesuai dengan
fasenya yang meliputi : aspek fisik, aspek kognitif, aspek sosial- afektif, dan
aspek spiritual-religius.
Pada fase anak 2-6
tahun kemampuan-kemampuan motorik, bahasa, fungsi kecerdasan, sosial-afektif
dan moralnya berjalan sejajar dengan perubahan-perubahan dalam tingkah laku dan
kepribadian. Pada masa kanak-kanak seorang individu mempunyai tugas
perkembangan (kualitas kemampuan yang harus dicapainya) dalam hal:
- Belajar memperoleh keterampilan jasmani untuk melakukan permainan.
- Belajar membentuk sikap mental yang sehat terhadap diri sendiri sebagai makhluk biologis.
- Belajar bergaul dengan teman sebaya.
- Belajar memainkan peranan sebagai pria atau wanita.
- Belajar mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
- Belajar mengembangkan konsep-konsep yang perlu untuk kehidupan sehari-hari.
- Belajar mengembangkan kata hati, moralitas dan nilai.
- Belajar berdiri sendiri secara pribadi.
Khususnya
dalam perkembangan sosial-afektifnya, seorang anak dituntut untuk mampu
berperilaku sesuai dengan tuntutan sosial. Untuk berkembang dalam hal ini
memerlukan 3 proses :
- Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial dengan cara mengetahui dan menyesuaikan perilaku dengan patokan yang dapat diterima.
- Memainkan peran sosial yang dapat diterima dengan jalan mematuhi peran yang telah disetujui bersama.
- Mengembangkan sikap sosial dengan jalan anak harus menyukai orang lain dan aktivitas sosial.
Relatif hanya sedikit anak yang benar-benar berhasil dalam ketiga
proses tersebut.
Pada masa
kanak-kanak ada dorongan kuat untuk bergaul dan ingin diterima, jika kebutuhan
ini tidak terpenuhi anak tidak akan bahagia. Sikap anak terhadap orang lain,
pengalaman sosial serta seberapa baik mereka dapat bergaul dengan orang lain,
tergantung pada pengalaman belajar selama bertahun-tahun di awal kehidupannya.
Dalam hal perkembangan emosi, seorang anak dituntut untuk
mampu mempelajari cara bereaksi dengan emosi yang dapat diterima secara sosial.
Anak dapat dirangsang atau dilatih untuk bereaksi positif terhadap hal-hal yang
biasanya membangkitkan emosi senang dan dicegah untuk tidak bereaksi secara
emosional berlebihan terhadap hal-hal yang tidak menyenangkan. Apabila reaksi
emosional yang tidak diinginkan telah terlanjur dipelajari dan terbentuk dalam
pola emosi anak, maka akan semakin sulit merubahnya dengan bertambahnya usia
anak. Karenanya belajar pengendalian emosi sejak dini tidak hanya positif
tetapi juga bersifat preventif.
Metode belajar
yang menunjang perkembangan emosi adalah:
Ø Belajar secara coba-coba pada masa anak.
Ø Dengan cara meniru
Ø Dengan cara mempersamakan diri, dalam hal ini anak hanya akan meniru
pada orang yang dikaguminya dan mempunyai ikatan emosional yang sangat kuat.
Ø Melalui pengkondisian berarti belajar dengan cara asosiasi.
Ø Pelatihan dengan bimbingan dan pengawasan.
Ø Anak diajari cara bereaksi emosi yang dapat diterima sosial,
proporsional dan tepat dengan stimulus (penyebab timbulnya emosi).
Ada satu aktivitas yang sangat penting yang perlu kita pahami pada masa anak yaitu aktivitas bermain. Fungsi bermain mempunyai pengaruh besar sekali bagi perkembangan anak. Melalui bermain anak akan memperoleh kesempatan untuk berusaha mencoba-coba dan melatih diri. Saat bermain-main anak berkesempatan melakukan eksperimen-eksperimen tertentu dan bereksplorasi sambil menguji kesanggupannya. Anak akan mendapatkan bermacam-macam pengalaman yang menyenangkan sambil menggiatkan usaha belajar dan melaksanakan tugas-tugasnya untuk mengembangkan berbagai kemampuan yang harus dimilikinya. Semua pengalaman ketika bermain, akan memberikan dasar yang kokoh bagi pencapaian macam-macam keterampilan yang sangat diperlukan bagi pemecahan kesulitan hidup di kemudian harinya. Maka dapat dimengerti bahwa waktu bermain merupakan kesempatan yang baik untuk melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup dan hidup itu sendiri.
Ada
4 faktor yang menentukan :
1. Kesempatan.
- Kebersamaan yang mendorong kemampuan berkomunikasi.
- Motivasi yang sebagian besar tergantung pada tingkat kepuasan yang diperolehnya.
- Metode belajar yang efektif dengan bimbingan.
MANASIK HAJI BAGI ANAK TK, PENTING & PERLU !
Dari berbagai
uraian dimuka, tampak bahwa manasik haji bagi anak prasekolah dapat kita
pandang sebagai suatu upaya pembelajaran nilai-nilai moral dan agama dengan
metode simulasi. Metode pembelajaran yang apabila kita manage dan kita
rencanakan sedemikian rupa dengan muatan-muatan psikologis yang terkontrol,
akan dapat menimbulkan suatu kesan yang mendalam dan dapat kita andalkan
sebagai salah satu cara membentuk pribadi anak yang agamis.
Latihan Manasik
haji TK dapat dipandang sebagai bentuk permainan, yaitu permainan peran yang mengasyikkan anak dimana anak pura-pura
menjadi seorang muslim yang sedang melaksanakan ibadah terlengkap dalam agama
Islam, karena dalam ritual haji meliputi pelaksanaan: Pengucapan Syahadatain,
Sholat, Puasa dan zakat serta haji itu sendiri.
Ritual-ritual yang dilakukan anak dengan tuntunan dari
ibu/bapak guru, walaupun hanya merupakan permainan peran, tetap merupakan
aktivitas serius karena dapat dihayati dan membutuhkan kesungguhan dan
konsentrasi. Seluruh aspek psikologi anak akan tersentuh, karena praktek
manasik tersebut dilakukan dengan aktivitas fisik anak dengan secara urut dan
teratur , aktivitas kognitif anak terstimulasi(terangsang) dalam bentuk
mendengarkan, menghafal dan mengerti doa-doa serta urutannya, aktivitas
sosial-afektif akan dipelajari dalam bentuk beraktivitas bersama-sama dengan
teman-temannya dan berlatih untuk menerima aturan permainan, berlatih untuk
mematuhi aturan-aturan yang diinformasikan guru, berlatih untuk memenuhi
harapan orang lain dengan bertingkah-laku tertib dan berlatih tanggung-jawab,
berlatih bersikap sosial seperti mengalah, tertib, toleran, membagi, berkorban dan sebagainya yang akan memacu sosialisasi
anak. Dalam manasik, anak akan mengenal nilai-nilai moral dan agama praktis,
anak akan mendapatkan pengalaman tentang perilaku-perilaku yang boleh dan yang
tidak boleh dia lakukan, baik sesuai dengan agama maupun sesuai dengan tuntutan
lingkungan.
Sebagai suatu
aktivitas simulasi, aktivitas permainan pura-pura, maka manasik haji TK,
sekalipun sederhana dan simpel bagaimanapun akan dapat memberikan dampak
positif sebagaimana manasik haji yang sesungguhnya yang dilakukan para muslim
dewasa.
Diantara manfaat haji “yang sesungguhnya” yang perlu kita ketahui
adalah :
- Melatih diri dengan mempergunakan seluruh kemampuan mengingat Allah dengan khusu’ pada hari-hari yang telah ditentukan dengan memurnikan kepatuhan dan ketundukan hanya kepada-Nya saja. Pada waktu seseorang berusaha mengendalikan hawa nafsunya dengan mengikuti perintah-peritah Allah dan menghentikan larangan-larangan-Nya walau apapun yang menghalangi dan merintanginya. Latihan-latihan yang dikerjakan selama mengerjakan ibadah haji itu diharapkan berbekas di dalam hati sanubari kemudian dapat diulangi lagi mengerjakan setelah kembali dari tanah suci nanti, sehingga menjadi kebiasaan yang baik bagi penghidupan dan kehidupan.
- Menimbulkan rasa perdamaian dan rasa persaudaraan diantara sesama kaum Muslimin. Sejak seorang calon haji mengenakan pakaian ihram, pakaian putih yang tak berjahit-sebagai tanda telah mengerjakan ibadah haji-maka sejak itu ia telah menanggalkan pakaian duniawi, pakaian kesukaannya, pakaian kebesarannya pakaian kemewahannya dan sebagainya. Semua manusia kelihatan sama dalam pakaian ihram; tidak dapat dibedakan antara si kaya dan si miskin, antara penguasa dengan rakyat jelata, antara yang pandai dengan yang bodoh, antara tuan dengan budak, semuanya sama tunduk dan dan menghambakan diri kepada Tuhan Semesta Alam, sama-sama thawaf, sama-sama berlari di panas terik antara bukit Shafa dan Marwah, sama-sama berdesakan melempar jumrah, sama-sama tunduk dan tafakur di tengah-tengah padang Arafah. Dalam keadaan demikian terasalah bahwa diri itu sama saja dengan orang lain. Yang membedakan derajat antara seseorang dengan yang lain hanyalah tingkat ketakwaan dan ketaatan kepada Allah. Karena itu timbullah rasa ingin tolong-menolong, rasa seagama, rasa senasib dan sepenanggungann, rasa hormat-menghormati sesama manusia.
- Mencoba mengalami dan membayangkan kehidupan di akhirat nanti, yang pada waktu itu tidak seorang pun dapat memberikan pertolongan kecuali Allah SWT. Wuquf di Arafah di tempat berkumpulnya manusia yang banyak merupakan gambaran kehidupan di mahsyar nanti. Demikian pula melempar jumrah di panas terik tengah padang pasir dalam keadaan haus dan dahaga. Semua itu menggambarkan saat-saat ketika manusia berdiri di hadapan Mahkamah Allah di akhirat nanti.
- Menghilangkan rasa harga diri yang berlebih-lebihan. Seseorang waktu berada di negerinya, biasanya terikat oleh adat-istiadat yang biasa mereka lakukan sehari—hari dalam pergaulan mereka. Sedikit saja perbedaan dapat menimbulkan kesalahpahaman, bahkan dapat menimbulkan perselisihan dan pertentangan. Pada waktu melaksanakan ibadah haji bertemulah kaum muslimin seluruh dunia dari negeri yang berbeda-beda, masing-masing mempunyai adat-istiadat, kebiasaan hidup dan tata cara yang berbeda-beda pula. Maka terjadilah persinggungan antara adat-istiadat dan kebiasaan hidup itu. Seperti cara berbicara, cara makan, cara berpakaian, dan menghormati tamu dan sebagainya. Di waktu menunaikan ibadah haji terjadi persinggungan dan benturan badan antara jamaah dari suatu negeri dengan jamaah dari negara-negara yang lain, seperti waktu Thawaf, waktu Sa’i, Wukuf di Arafah, waktu melempar jumrah dan sebagainya. Waktu shalat di Masjidil Haram, tubuh seseorang yang sedang duduk dilangkahi oleh temannya yang lain karena ingin mendapatkan shaf yang di depan, demikian pula persoalan bahasa dan isyarat, semua itu mudah menimbulkan kesalahpahaman dan perselisihan. Bagi seseorang yang sedang melakukan ibadah haji, semua itu harus dihadapi dengan sabar, dengan dada yang lapang harus dihadapi dengan berpangkal pada dugaan-dugaan bahwa semua jamaah haji melakukan yang demikian itu bukanlah untuk menyakiti temannya dan bukan pula untuk menyinggung perasaan orang lain, tetapi semata-mata untuk mencapai tujuan maksimal dari ibadah haji. Mereka semuanya ingin memperoleh haji mabrur, apakah ia orang kaya atau orang miskin dan sebagainya.
- Menghayati kehidupan dan perjuangan Nabi Ibrahim beserta putranya Ismail dan Muhammad SAW beserta para sahabatnya waktu Nabi Ibrahim pertama kali datang di Makkah bersama isterinya Hajar dan puteranya Ismail yang masih kecil. Kota Makkah masih merupakan padang pasir yang belum didiami oleh seorang manusia pun. Dalam keadaan demikianlah Ibrahim meninggalkan isteri dan puteranya di sana, sedangkan ia sendiri kembali ke Syiria. Dapat dirasakan apa yang dimiliki Hajar dan puteranya yang masih kecil, tidak ada manusia tempat mengadu dan minta tolong kecuali hanya kepada Tuhan saja. Sesayup-sayup mata memandang terbentang padang pasir yang luas tanpa tumbuh-tumbuhan yang dapat dijadikan tempat berlindung. Dapat dirasakan kesusahan Hajar berlari antara bukit Shafa dan Marwah mencari setetes air untuk diminum anaknya. Dapat direnungkan dan dijadikan teladan tentang ketaatan dan kepatuhan Ibrahim kepada Allah. Ia telah bersedia menyembeliih putera tercintanya Ismail semata-mata untuk memenuhi dan melaksanakan perintah Allah. Kaum muslimin selama mengerjakan ibadah haji dan melihat bekas-bekas dan tempat-tempat yang ada hubungannya dengan perjuangan Nabi Muhammad bersama sahabatnya dalam menegakkan agama Allah. Sejak Dari Makkah di saat-saat ia mendapat halangan, rintangan bahkan siksaan dari orang-orang musyrik Makkah. Kemudian ia hijrah ke Madinah berjalan kaki dalam keadaan dikejar-kejar orang-orang kafir. Demikian pula usaha-usahanya yang ia lakukan di Madinah berperang dengan orang-orang kafir, menghadapi kelicikan dan fitnah orang Yahudi. Semua itu dapat diingat dan dihayati selama menunaikan ibadah haji dan diharapkan dapat menambah iman dan ketakwaan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi maha Penyayang.
- Sebagai muktamar Islam seluruh dunia. Pada musim haji berdatanganlah kaum Muslimin dari seluruh dunia. Secara tidak langsung terjadilah pertemuan kaum Muslimin seluruh dunia, antara suku bangsa dengan suku bangsa, antara bangsa dengan bangsa yang beraneka ragam coraknya itu. Antara mereka itu dapat berbincang dan bertukar pengalaman dengan yang lain sehingga pengalaman dan pemikiran seseorang dapat diambil dan dimanfaatkan oleh orang lain, terutama setelah masing-masing mereka sampai di negeri mereka nanti. Jika pertemuan yang seperti ini diorganisir dengan baik, tentulah akan besar manfaatnya. Akan dapat memecahkan masalah-masalah yang sulit yang dihadapi umat Islam di negara mereka masing-masing. Semuanya itu akan berfaedah pula bagi individu, masyarakat dan agama. Alangkah baiknya jika waktu itu diadakan pertemuan para ahli, para ulama, para pemuka masyarakat, para usahawan dan sebagainya. Disamping enam macam yang dikemukakan ini, ada lagi manfaat yang paling penting, yaitu perluasan wawasan keilmuan sehingga terbukalah pikiran kita betapa banyaknya mazhab-mazhab dalam pelaksanaan ibadah, tetapi semua itu satu dalam agama, saudara dalam iman.
Betapa besarnya dampak psikologis manasik haji yang sesungguhnya akan juga
dapat diperoleh anak dalam bentuk simulasi yang sederhana, namun
demikian untuk mencapai dampak positif yang optimal tentunya ada hal-hal yang
perlu diketahui dan dipersiapkan oleh guru dan orang tua lebih dahulu.
Saran yang dapat kami berikan adalah:
- Manasik haji TK seharusnya dilaksanakan dengan serius, dengan jadwal dan urutan yang benar mendekati manasik haji yang sesungguhnya. Namun demikian juga jangan sampai permainan simulasi ini menjadi sedemikian terlalu seriusnya sehingga anak kehilangan kenikmatan memainkan peran. Suasana menyenangkan dan merangsang ingin tahu dan merangsang minat anak perlu dibina.
- Bapak/ibu guru dan orang tua, semestinya telah menguasai dan mengerti manasik haji sekalipun belum tentu sudah ber- haji. Sehingga informasi yang diberikan pada anak dalam bentuk dongeng/cerita sebelum melakukan manasik akan mengesankan dan meyakinkan anak. Guru dan orang tua akan mampu memberikan sugesti sedemikian rupa sehingga anak didik tidak akan dapat melupakannya seumur hidupnya, membekas dalam sanubari dan InsyaAllah akan mempengaruhi jiwa dan perilakunya.
- Agar lebih menimbulkan kesan mendalam, maka pengaturan tempat maupun sarana semesthinya diatur sedemikian rupa sehinga memungkinkan anak benar-benar merasakan seperti naik haji betulan, anak-anak akan benar-benar melakukan aktivitas fisik, sosial dan psikis.
- Program ini jangan sampai hanya menjadi program popular dan demi prestise Sekolah saja, tetapi benar-benar sebagai program pendidikan yang terstruktur dan terencana dengan target pendidikan yang jelas. Sebagai suatu program dakwah yang bahkan dapat menyentuh tidak hanya pada anak saja tapi juga dapat menyentuh sampai pada orang tua dan keluarga murid. Karenanya promosi menjadi suatu hal yang penting.
- Perlu disusun suatu modul pelaksanaan manasik haji di TK, sehingga ada tuntunan bagaimana menyelenggarakannya dengan benar.
Demikianlah, dengan informasi yang benar yang dikuasai, dengan
manajemen yang serius dan bersungguh-sungguh dan lebih-lebih dengan niatan yang
benar dan “bersih”, InsyaAllah penyelenggaraan Manasik Haji bagi TK adalah
sangat psikologis dan diridhoi Allah SWT.
“Tiada satu ucapanpun
yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.
Dan didekatkanlah sorga itu kepada orang-orang yang bertaqwa
pada tempat yang tiada jauh dari mereka.
Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba
yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua
peraturan-peraturanNya).(QS. QOOF, 50:18, 31, 32)
Semarang, 30 Nopember 2000
(024) 8504619/ 0818293485
TUNTUNAN SIMULASI
MANASIK HAJI ANAK TK
Disusun oleh :
Dra. Hj. Rt. Anggraini KE, PSI
Yayasan ROBBABAL AULAD
Sekretariat : Jl. Jangli Krajan
Barat II/ 418
Telpon : (024) 8504619/0818293485
TERAPI AL FAIQ
Jln. Pengok Kidul 32 Baciro Yogyakarta
0274-6612176
Semarang
Alhamdulillah………………..
Buku ini kami susun sebagai tindak lanjut dari Penataran Guru TK
untuk Manasik Haji TK pada tanggal 29 –30 Nopember 2000. Menyadari bahwa
penyelenggaraan Simulasi Manasik Haji bagi TK adalah banyak manfaat dengan
tujuan mendidik yang sangat mulia
I. PENGERTIAN HAJI :
1.
Ibad
ah haji ialah : Mengunjungi
Makkah untuk mengerjakan Ibadah haji yang terdiri dari umroh, tawaf, sai, wukuf
di Arafah dan ibadah-ibadah lain (jumroh, mabit, mencukur rambut) guna memenuhi
perintah Allah dan mengharap keridhoan-Nya.
2.
Ibadah haji diwajibkan pada
tahun 6 H dengan turunnya wahyu Allah yang berbunyi :
Wa atimmul hajja wal umrota lillah.
Artinya :
“Hendaklah kamu sempurnakan ibadah haji dan
umroh karena Allah.”
3.
Syarat-syarat haji :
a. Beragama Islam;
b. Baligh (meskipun hajinya anak-anak
juga sah);
c. Berakal;
d. Merdeka;
e. Berkemampuan dan kesanggupan (Istitho’ah)
4.
Istitho’ah meliputi :
a.
Sehat jasmani dan rohani;
b.
Keamanan selama perjalanan
haji;
c.
Memiliki bekal dan kendaraan;
d.
Tidak ada hambatan dan
rintangan;
5.
Bila sudah ada kemampuan dan
kesempatan agar segera melaksanakan ibadah haji, karena sabda Rasulullah SAW :
Man arraadal hajja fatyu’ajjil, fainnahu qod yamrodlul
mariiidlu, wa tadlillur raahilatu, wa takuunul haajatu.
Artinya :
Barang siapa hendak menunaikan haji, hendaknya
dilakukannya dengan segera, karena mungkin diantaramu ada yang sakit, hilang
kendaraannya atau ada keperluan lainnya!
(Riwayat Ahmad, Baihaqi, Thahawi dan
Ibnu Majah).
Para ulama telah sepakat (ijma’) bahwa yang dimaksud dengan bulan-bulan
haji ialah bulan Syawal, Dzulkaidah dan Ddzul Hijjah.
Miqat makani ialah batas tempat memulai ihrom bagi orang
yang akan mengerjakan haji atau umroh.
Berdasarkan kesepakatan Ulama (Ijma’) jamaah haji Indonesia
gelombang II mengambil miqot di King Abdul Aziz sebagai Yalamlam karena pesawat
yang dikendarai jamaah tidak berhenti di Yaman dan diambil lokasi yang jaraknya
hampir sama dengan Yalamlam yaitu King abdul Aziz.
IHROM
a. Ihrom
maksudnya pernyataan niat untuk melaksanakan haji dari miqot (sudah
berpakaian ihrom)
b. Membaca :
Labbaika umrotan/ labbaikallaahumma
umrotan
Labbaika hajjan/ labbaikallaahumma hajjan
d. Untuk
ihrom dianjurkan :
-
Sebelumnya berwudhu atau mandi
(besar), memotong kuku, menyisir rambut, memendekkan kumis, mencukur rambut dan
lain-lain.
-
Pakaian ihrom berwarna putih,
bagai pria satu helai sarung dan satu helai selendang sedangkan untuk wanita
pakaian yang bisa menutup seluruh aurat wanita.
-
Boleh memakai wewangian sebelum
ihrom, tetapi kalau sudah niat ihrom tidak boleh.
-
Sholat sunat 2 rokaat
e. Hal-hal yang dilarang sewaktu ihrom :
-
Melakukan kejahatan atau
maksiat
-
Jidal
atau berdebat yang tidak ada manfaatnya atau bertengkar dengan orang lain.
-
Menutup kepala bagi pria dan
dilarang membuka aurat di depan orang, bagi wanita.
-
Memakai sesuatu yang menutup
mata kaki bagi pria.
3. Rukun haji adalah amalan-amalan haji yang harus
dilaksanakan dan apabila ditinggalkan salah satunya maka tidak bisa diganti
dengan yang lainnya (dam).
Rukun haji meliputi :
a.
Ihrom
b.
Wukuf di Arafah
c.
Tawaf Ifadloh
d.
Sai
e.
Bercukur (memotong rambut)/
tahallul
f.
Tertib
4. Wajib haji
adalah amalan-amalan haji yang harus dilaksanakan, tetapi apabila karena
sesuatu terpaksa tidak dipenuhi, dapat diganti dengan yang lain (dam)
Wajib haji meliputi :
a.
Niat ihrom dari Miqot
b.
Mabit di Muzdalifah
c.
Melontar jumroh Aqobah
d.
Mabit di Mina
e.
Melontar jumroh tgl 11, 12 dan
13 Dzulhijjah
f.
Meninggalkan larangan dalam
ihrom
TATA CARA MELAKSANAKAN IBADAH HAJI
Qiron artinya melaksanakan ihrom umroh dan haji sekaligus dari miqot dengan mengucap :
Labbaika hajjan wa umrotan
Ucapan Talbiyah adalah :
Labbaik Allahumma labbaik, Labbaika laa syariika laka
labbaik, Innal hamda wan ni’mata laka wa mulk, Laa syariika lak
.
Artinya :
Ya Allah aku datang memenuhi
panggilan-Mu. Ya Allah tiada sekutu bagi-Mu sesungguhnya segala puji, segala
nikmat dan segala kerajaan adalah kepunyaan-Mu. Dan aku datang hanya memenuhi
panggil-Mu tiada sekutu bagi-Mu.
Sholawat :
Allaahumma sholi alaa Muhammad, wa alaa aali Muhammad.
Artinya :
Ya Allah limpahkanlah sholawatmu
kepada nabi Muhammad dan keluarganya.
Jadi setiap orang yang
menunaikan ibadah haji pasti juga melaksanakan umroh. Ini berbeda dengan
umroh sunnah yang bisa dilaksanakan setiap waktu yang terlepas dari ibadah
haji.
III. UMROH
1.
Umroh, arti bahasanya ziarah atau berkunjung. Dan yang dimaksud ibadah
umroh adalah ziarah ke Ka’bah dengan ihrom, tawaf, sai dan mencukur rambut
(tahallul).
2.
Umroh ada 2 macam yaitu :
a. Umroh wajib
b. Umroh sunnah
3.
Umroh wajib yaitu umroh yang berkaitan ibadah haji baik secara tamattu’ atau qiron.
IV. TAWAF WADA’ (TAWAF PAMITAN)
1.
Tawaf wada’ adalah tawaf yang dilakukan oleh seseorang yang
akan meninggalkan kota
Makkah.
2.
Dilakukan dengan pakaian biasa
dan tanpa sa’i
V. HAJI RASULULLAH SAW
- Tanggal 25 Dzul qoidah berangkat ke Makkah-miqot di Bir Ali.
- Tanggal 4 Dulhijjah sampai di Makkah-tawaf Qudum
- Tanggal 4 s/d 8 Dzulhijjah tinggal di Abtoh
- Tanggal 8 Dzulhijjah berangkat ke Mina mabit semalam
- Tanggal 9 Dzulhijjah ba’da Subuh berangkat ke Arafah untuk wukuf (Dholat Dzuhur dan Asar di Arafah jama’ taqdim qasar)
-Ba’da Maghrib bergerak menuju Muuzdalifah Sholat Maghrib dan Isya di Muzdalifah jama’ta’khir.
-Ba’da Subuh menuju Mina
- Tanggal 10 Dzulhijjah melontar jumroh Aqobah (waktu dluha)
- Menyembelih hewan
- Tawaf ifadhoh
- Tahallul (cukur)
- Mabit di Mina malam tanggal 11,12 Dzuhijjah
- Melempar jumroh Shughro, Wustho, Kubro, pada tanggal 11,12,13 Dzulhijjah.
Memperbanyak bacaan talbiyah, dzikir dan doa (No.5) :
Ucapan Talbiyah adalah :
Labbaik Allahumma labbaik, Labbaika laa syariika laka
labbaik, Innal hamda wan ni’mata laka wa mulk, Laa syariika lak.
Artinya :
Ya Allah aku datang memenuhi
panggilan-Mu. Ya Allah tiada sekutu bagi-Mu sesungguhnya segala puji, segala
nikmat dan segala kerajaan adalah kepunyaan-Mu. Dan aku datang hanya memenuhi
panggil-Mu tiada sekutu bagi-Mu.
Sholawat :
Allaahumma sholi alaa Muhammad, wa alaa aali Muhammad.
Artinya :
Ya Allah limpahkanlah sholawatmu
kepada nabi Muhammad dan keluarganya.
Doa sesudah talbiyah :
Allaahumma inna nas aluka ridloka wal jannah. Wa na’uudzubika
min sakhotika wa naar. Rabbanaa aatinaa fidun yaa hasanah. Wa fil aakhiroti
hasanah. Wa qinaa adzaaban naar.
Artinya :
Ya Allah kami mohon selalu mendapat ridlo dan
surga-Mu. Ya Allah kami mohon perlindungan dari murka dan neraka-Mu. Ya Allah
berikanlah kami kebaikan di dunia dan di akhirat serta jauhkanlah kami dari
siksa neraka.
Babussalam dan pada waktu masuk
Babussalam berrdo’a (No. 7):
Allahumma antas salaam wa minkas
salam, fahayyina rabbana bissalam. Waadkhilnal jannata daras salam, tabarakta
wataalaita ya daljalali wal ikram. Allahummaftah li abwabirahmatika
wallmaghfiratika wa adkhilnifina. Bismillahiwal hamdu lillahi wasalatu
wassalamu’ala rasulillah.
Artinya :
Ya Allah, Engkau sumber keselamatan, dan
daripadaMu-lah datangnya keselamatan itu semua. Maka sambutlah kami wahai
Tuhan, dengan selamat sejahtera dan masuklah kami ke dalam surga negeriMu yang
bahagia, Maha Pemberi Berkat dan Maha tinggilah Engkau wahai Tuhan yang
memiliki keagungan dan kehormatan. Ya
Allah, bukalah untukku pintu rahmat dan ampunan. Masukkan aku ke dalam
ampunan-Mu. Dengan nama Allah dan segala puji bagi Allah salawat dan salam
untuk Rasulullah.
- TAWAF UMROH
Cara-caranya :
Selama tawaf hendaknya suci dari hadas dan
najis.
a.
Mulai dari Hajar Aswad (ada tanda garis
coklat)
Kalau dapat mulailah dengan
mencium Hajar Aswad, kalau tidak dapat , cukup dengan isyarat mengangkat satu
atau atau dua tangan kemudian dikecup sambil mengucap (No.9)
Bismillahi Wallahu Akbar
(Fq. Sunnah : 1/693)
Artinya :
Dengan menyebut Asma Allah, dan Allah Maha Besar.
b. Kemudian mulai mengelilingi Ka’bah sampai
tujuh kali. Ka’bah harus selalu di sebelah kiri.
c. Pada putaran kesatu, kedua, ketiga khusus
bagi pria hendaknya dengan cara RAMAL (lari-lari kecil) dan IDTIBA’(pundak
kanan terbuka)
d.
Pada putaran keempat dan
seterusnya sampai putaran ke tujuh berjalan biasa.
e.
Pada putaran antara Hajar Aswad
(garis coklat) sampai rukun yamani dianjurkan membaca tasbih dan berdo’a
sebagai berikut (No. 10) :
DO’A TAWAF
Artinya
:
Dari Abu Hurairah r.a sesungguhnya ia mendengar
Rasulullah SAW bersabda. Barang siapa Tawaf tujuh kali di Baitullah dan tidak
berkata-kata melainkan ucapan “SUBHAANALLAAH WAL HAMDU LILLAAH WA LAA ILAHA
ILLALLAHU WALLAAHU AKBAR, WA LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLA BILLAAH” , maka ia
akan dihapuus sepuluh kali dosanya dan ditulis untuknya sepuluh kebaikan, serta
diangkat ke sepuluh derajat. (HR. Ibnu Majah)
f. Setiap sampai rukun Yamani usaplah rukun Yamani, atau
berilah isyarat dengan tangan sambil membaca (No.11)
g. Setiap berjalan antara rukun Yamani dan rukun
hajar aswad membaca (berdo’a No.11)
Rabbana atina fid-dun-ya hasanah wa bil-akhirati
hasanah wa qina azabannar.
Artinya :
Ya Allah berilah kami kebahagiaan di dunia dan
kebahagiaan di akhirat, dan jauhkanlah kami dari siksa api neraka. (Riwayat Abu Daud dan Syafii dari nabi SAW)
h. Setiap sampai rukun Hajar Aswad, kerjakanlah
seperti tersebut pada a.
i. Setelah selesai tawaf, usahakanlah untuk berdo’a di
Multazam (antara Hajar Aswad dan pintu ka’bah) sebagai berikut (No.12)
Allahumma ya robbal baitil’atiq riqobana wa riqoba’abaina wa
ummahatina, wa ikhwanina, wa auladina minan nar, allahumma ahsin aqibatana fil
umuri kulliha, wa ajima min khiyzid dun-ya wa ‘adzaaabil akhirah. Alla humma
inni as’aluka an tarfa’a dzikri. Wa tada’a wizri, wa tusliha amri, wa tutahhira
qalbi watunawwirali fi qabri, wa taghfiroli zanbi. Wa as’alukad darajatil’ula
munal jannah.
Artinya :
Ya Allah yang memelihara Ka’bah merdekakanlah kami, bapak dan ibu
kami saudara dan anak-anak kami dari siksa neraka. Ya Allah, baikkanlah segenap
urusan kami, jauhkanlah kami dari kehampaan dan kehinaan di dunia dan siksa di
akhirat . Ya Allah, aku mohon kepada-Mu agar Engkau tinggikan namaku, hapuskan
dosaku, perbaiki segala urusanku, bersihkan hatiku, berilah cahaya kelak dalam
kuburku, berilah ampunan dosaku dan aku mohon kepada-Mu martabat yang tinggi di
surga.
*. Kemudian sholat sunnah tawaf dua rakaat di belakang/searah maqam
Ibrahim (rakaat pertama membaca S. Al Kaafiruun, rakaat kedua membaca S. Al
Ikhlas setelah Al Fatikhah.
* Setelah sholat dan berdo’a
kemudian usahakan minum air zam-zam dan selanjutnya menuju ke Shofa untuk melakukan Sa’i.
3.
SA’I
Cara-caranya :
a.Kita menuju ke Bukit Shafa, setelah dekat Shafa lalu membaca/
mengucapkan (no.15) :
“Innash shafa wal –marwata min sya’arillahi. Abda’u bima bada’allahu
bihi.”
Artinya :
Sesungguhnya Shafa dan Marwah itu adalah syiar-syiar Allah. Aku
mulai dengan apa yang telah Allah memulainya.(HR. Nasa’i dan Jabir)
b.Kemudian mulailah sa’i (berjalan dari Shafa ke Marwah)
berulangkali sampai tujuh kali (dimulai dari bukit Shafa dan berakhir di bukit
Marwah).
c.Baik di Shafa maupun Marwah supaya naik ke tempat yang tinggi , menghadap
ke kiblat /Ka’bah disertai membaca takbir dan tahlil seperti dicontohkan
oleh Rasulullah SAW (No. 16) :
d.Pada waktu sa’i, ketika berada diantara Masiil dan Bait Bani-Aqil
(bertanda lampu hijau), bagi pria hendaklah Ramal (berlari-lari kecil) tiga
kali perjalanan seraya berdo’a (No. 17)
B. HAJI
Pada tanggal 8 Dzulhijjah
saat kita masih berada di Makkah, kita segera mempersiapkan diri untuk
melaksanakan ibadah haji. Terlebih dahulu kita mandi (seperti mandi junub),
bersisir, memakai minyak wangi, lalu memakai pakaian ihram dan salat sunnah dua
rakaat (rakaat pertama membaca S. Alkaafiruun, rakaat dua membaca S. Al-Ikhlas
setelah Al-Fatikhah) lalu niat ihram haji.
- Niat Ihram Haji
Setelah selesai sholat sunnah ihram dua rakaat lalu
berniatlah untuk ihram haji dengan mengucapkan (No.4)
“Labbaik Allahumma Hajjan/ Labbaika Hajjan”
Artinya :
Aku sambut
panggilan-Mu ya Allah untuk haji.
Perbanyaklah membaca talbiyah. Setelah itu rombongan
segera diberangkatkan ke Arafah, tempat yang telah ditentukan oleh Muassasah
untuk wukuf di Arafah pada tanggal 9 Zulhijah. Pada waktu berangkat disunnatkan
untuk berdo’a (No. 20)
Ketika sampai di Arafah dianjurkan untuk berdo’a (No.21)
- Wukuf
Waktu wukuf, mulai ba’da dluhur (tergelincirnya
matahari) tanggal 9 Dzulhijjah sampai terbenam matahari.
Sebelum wukuf, kita dengarkan khutbah wukuf
kemudian sholat dluhur dan ashar
berjama’ah dengan jama’ taqdim dan qashar. Sesudah sholat perbanyaklah menbaca
dzikir dan do’a seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW hingga terbenam matahari.
Allahu akbar La ilaha
illallahu wahdahu la syarikalahu, lahul mulku wa lahul hamdu wahuwa alaa
kulli syai’in qodir. (Fq. Sunnah : 1/609)
Artinya :
Tidak ada Tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, tiada
sekutu bagi-Nya, Baginya segala kekuasaan dan pujian dan Dia berkuasa
atas segala sesuatu.
Catatan ;
Selama di Arafah, perbanyaklah berdoa sebagaimana contoh
(No.22) dan larangan-larangan ihram, tidur, ngobrol (rofas) merusak (fusuq) dan
berbantah-bantahan (jidal)
- Melempar Jumrah di Mina
Tanggal 11 Dzulhijjah melempar tiga jumroh: jumrah Ula,
Wustho, Aqabah, masing-masing tujuh x 1 kerikil, waktunya mulai ba’da dluhur
sampai dengan tengah malam/fajar.
Tiap-tiap jumrah (dilempar) dengan tujuh batu : Ia
membaca takbir pada setiap lemparan.
Bismillahi Allahu akbar
Rojman Lis syayaathin wa ridlon lirrohman
Allahummaj ‘alhu hajjan mabruro wa sa’yan masykuro.
Artinya:
Dengan nama allah yang Maha Besar, kutukan bagi
segala setan dan riidlo bagi allah yang Maha Pemurah. Ya Allah jadikanlah
ibadah haji yang mabrur dan sa’i yang diterima.
PERSIAPAN AKAN BERANGKAT IBADAH HAJI
Setelah niat dengan mantap untuk ibadah haji, persiapan
lahir batin, perlengkapan, surat-surat, bekal dan pesan-pesan kepada yang
ditinggalkan, maka :
1.
Sebelum berangkat shalat Saafar
dua rakaat di rumah masing-masing .
2.
Berdo’a ketika akan pergi
(No.1)
Bismillahi tawakkaltu
‘alallahi, wala haula wala quwwata illa billah.
“Dengan nama Allah, hamba
berserah diri kepada Allah dan tidak ada daya kekuatan untuk menjalankan
perintah dan tidak ada daya kekuatan untuk menjauhi yang dicegah. Kecuali dengan pertolongan Allah.(R. Sholohin. 73)
3.
Do’a berada di kendaraan (No.2)
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillahi 3X allahu akbar 3X subhanallazi sakhkhoro
Lana haza wama kunna lahu muqriniina wa inna ila robbina
lamungolibun.
Allahumma inna nas’aluka fii safarina haza birro
wattaqwa, wa minal ‘amallima tardlo.
Allahumma antas soohibu fis safari wal kholiifatu fil
ahli.
Allahumma inni a’zubika min wa’tsaa-fissafari waka batil
manzori wasu’il mungolabi fil mali
wal ahli.
Artinya :
Dengan nama Allah yang pengasih dan lagi penyayang.
Segala puji bagi Allah 3X
Allah zat yang Maha Besar 3X
Maha suci (Allah) zat yang telah memudahkan untuk
kami (akan kendaraan) ini, padahal kami
tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kepada Tuhan kami akan kembali. Ya
Allah sesungguhnya kami memohon kepada Engkau kebagusan dan takwa dalam
bepergian kami ini dan perbuatan yang Engkau ridhloi
Ya Allah, mudahkanlah bepergian kami ini, dan semoga Engkau mendekatkan jauhnya.
Ya Allah, Engkau adalah teman dalam bepergian dan pengganti (penjaga) dalam keluarga.
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada –Mu dari
kesukaran dalam bepergian dan kesedihan hati karena pemandangan dan aku
berlindung dari kejelekan dan suasana
hati suasana harta dan keluarga serta anak ketika kembali. ( Riyadlus
Sholihin 355 )
4.
Do’a ketika kembali masih dalam
kendaraan membaca do’a nomor 3 terus ditambah :
Ayibuna ta’ibuna, a-buna,
lirobbina hamiduna.
Artinya :
Kami telah kembali, telah
bertaubat dan telah beribadah dan kepada Tuhan kami, kami memuji-Nya. (Riyadlus Sholihin 355)
KETIKA TELAH PULANG, SEBELUM
MASUK KE RUMAH SENDIRI, BERDOALAH MENURUT KEBUTUHAN ANDA, MISALNYA SEPERTI (No.
4)
A’uzubillahi
minasysyaithanirrajim.
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahirabbil’alamin
Allahumma, salli’ala Muhammad,
wa’ala ali Muhammad.
Allahumma rabbanagfirli
waliwalidayya wa lilmu’minina
Yauma yaqumul hisab. Rabbana
hablana min azwajina wa zurriyyatina qurrata a’yun, waj’alna lilmuttaqina
imama, wa sa’yam masykura. Wa zambam maghfura wa tijaratal lan labor. Ya’alima
Ma fissudur. Akhrijna ya Allah . minazzulumati ilannur. Allahummar zuqni wa
hawwin’alaina makkatal mukarramah wal madinatal munawwarah. Li adaik hajji
wal’umrah. Wa li ziyarati masjidinnabiyyi muhammadin saw marratam ba’da marrah,
karratam ba’da karrah. Bi’auniks wa ladlika wa ridaka ya llah . annaka ‘ala
kulli syai’in qadir. Rabbana atina fiddunya hasanah. Wa fil akhirati hasanah,
wa qina’azabannar.
Wal hamdulillahirabbil
‘alamin.
Artinya :
Hamba berlindung kepada Allah dari godaan
syaitan yang terkutuk. Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pemurah Maha
Penyayang. Segala puji bagi Allah serta sekalian alam. Ya Allah, berilah rahmat
kepada Nabi Muhammad, dan keluarga beliau. Ya Allah, ampunilah hamba,
kedua orang tua hamba dan orang-orang mu’min pada hari nasab. Ya Allah Tuhan
kami, berilah kami, dari isteri-isteri kami dan keturunan kami, yang
menyejukkan pandangan mata, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang
yang taqwa. Ya Allah, jadikanlah haji
kami haji yang mabrur, perjalanan yang
berpahala, dosa yang terampuni dan dagangan yang tak merugi. Wahai zat yang
mengetahui apapun yang berada di dalam hati-hati. Keluarkanlah kami ya Allah
dari kegelapan kesesatan menuju yang terang dan benar. Ya Allah, berilah kami
dan semua yang hadir di majlis ini berziarah ke Makkah Al Mukarramah dan
Madinah Al Munawwarah untuk menunaikan ibadah haji dan umrah berulangkali
dengan pertolongan-Mu, anugerah-Mu dan ridlo-Mu ya Allah. Sungguh Engkau
berkuasa terhadap segala sesuatu. Ya Allah Tuhan kami, berilah kami kebagusan
di dunia, kebagusan di akhirat dan jagalah kami dari siksa api neraka. Dan
segala puji bagi Allah seru sekalian alam.
Artinya :
Rasulullah SAW berjalan sampai tiba di Arofah : beliau
dapati tanda sudah didirikan untuk beliau di Namiroh (sekarang menjadi Masjid Namiroh di wilayah Arofah). Maka beliau
singgah di Namiroh sehingga tergelincir matahari. Lantas beliau menyuruh
mendatangkan Qaswa-nya (onta milik Nabi). Maka diserahkan onta itu kepada
beliau, lantas beliau datang ke tengah-tengah lembah seraya memberikan khutbah
kepada manusia. Kemudian azan lalu qomat dan sholat Dzuhur, kemudian qomat
lagi, lalu beliau sholat Ashar (jama’qoshor) dan beliau tidak sholat sunnah
sedikitpun antara dua shalat. (HR. Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar